Era Baru Periklanan: Kecerdasan Buatan Mengubah Lanskap Kreatif dan Investasi
Disrupsi AI Mengguncang Industri Periklanan: Peluang dan Tantangan Baru
Industri periklanan global tengah mengalami transformasi signifikan seiring dengan pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI). Para pemimpin industri mengungkapkan pandangan mereka tentang dampak AI, mulai dari potensi revolusi hingga kekhawatiran akan persepsi konsumen.
Mark Read, CEO WPP, salah satu perusahaan periklanan terbesar di dunia, menyampaikan bahwa disrupsi AI telah menimbulkan kegelisahan di kalangan investor. Ia memprediksi AI akan mendemokratisasi akses ke keahlian, memungkinkan setiap orang memanfaatkan kemampuan terbaik di berbagai bidang, termasuk hukum, psikologi, radiologi, akuntansi, dan tentu saja, periklanan dan pemasaran. WPP sendiri telah mengembangkan platform pemasaran berbasis AI, WPP Open, yang telah digunakan oleh puluhan ribu karyawannya.
Selain AI, Read juga menyoroti adanya tekanan struktural yang mendorong konsolidasi di industri kreatif. Perusahaan perlu beradaptasi dengan perubahan, di mana AI tidak hanya digunakan untuk menyusun brief atau rencana media, tetapi juga untuk mengoptimalkan kampanye iklan.
Pandangan dari Publicis Groupe dan Forrester
Senada dengan Read, Maurice Levy, CEO Publicis Groupe, perusahaan periklanan asal Perancis, menyebut AI telah menciptakan "transformasi besar" dalam industri periklanan. Ia menyoroti kemampuan alat pembuat gambar dan video berbasis AI dalam mempercepat proses produksi konten, serta sistem pesan otomatis yang memungkinkan personalisasi pesan kepada audiens. Meskipun demikian, Levy menekankan bahwa AI sebaiknya dilihat sebagai alat, bukan pengganti manusia.
Levy meyakini AI akan mengubah jenis pekerjaan dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meskipun beberapa pekerjaan mungkin akan tergantikan. Ia membandingkan dampaknya dengan kemunculan internet dan ponsel pintar di masa lalu.
Sebuah laporan dari perusahaan riset pasar Forrester menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen agensi periklanan di Amerika Serikat telah menggunakan AI generatif, sementara 31 persen lainnya masih menjajaki penggunaannya.
Persepsi Konsumen dan Pentingnya Sentuhan Manusia
Nicole Denman Greene, analis dari perusahaan riset teknologi Gartner, mengingatkan merek-merek besar untuk tidak mengabaikan persepsi konsumen terhadap penggunaan AI dalam periklanan. Survei Gartner menunjukkan bahwa mayoritas konsumen lebih memilih perusahaan yang memprioritaskan pekerjaan manusia, meskipun hal itu berdampak pada laba yang lebih rendah.
Greene menekankan bahwa AI seharusnya digunakan untuk mendukung proses kreatif, bukan menggantikannya. Ia menyarankan agar AI dimanfaatkan untuk menciptakan wawasan inovatif, eksekusi yang unik, menjangkau audiens yang spesifik, mendorong batasan pemasaran, dan memberikan pengalaman yang lebih relevan dan dipersonalisasi.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Transformasi industri periklanan yang didorong oleh AI menghadirkan tantangan dan peluang. Perusahaan perlu berinvestasi dalam pengembangan teknologi AI, melatih karyawan untuk bekerja dengan AI, dan memahami persepsi konsumen terhadap penggunaan AI dalam periklanan. Di sisi lain, AI menawarkan potensi untuk meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan kreativitas dalam kampanye iklan, serta menciptakan lapangan kerja baru di bidang-bidang yang terkait dengan AI.
Dengan pendekatan yang tepat, industri periklanan dapat memanfaatkan AI untuk menciptakan nilai tambah bagi merek, konsumen, dan masyarakat secara keseluruhan.