Serangan Israel Luluh Lantakkan Infrastruktur Energi Iran, Harga Minyak Dunia Berpotensi Meroket

Eskalasi konflik antara Israel dan Iran mencapai titik krusial setelah serangan yang menyasar langsung infrastruktur energi vital Iran. Serangan yang dilancarkan Israel pada Sabtu malam lalu, menargetkan fasilitas minyak dan gas utama Iran, memicu kekhawatiran global akan instabilitas pasar energi dan potensi kenaikan harga minyak dunia.

Kementerian Perminyakan Iran mengkonfirmasi bahwa serangan Israel menghantam sebuah depo bahan bakar utama dan kilang minyak di Teheran. Kebakaran besar dilaporkan terjadi di kedua lokasi, memaksa tim pemadam kebakaran untuk berjibaku memadamkan api. Selain itu, produksi di ladang gas South Pars, ladang gas terbesar di dunia yang berbatasan dengan Qatar, terpaksa dihentikan sebagian akibat kebakaran yang dipicu serangan tersebut. Insiden ini terjadi setelah serangkaian serangan balasan antara kedua negara, dimulai dengan serangan Israel terhadap situs militer dan nuklir Iran pada hari Jumat, yang menewaskan sejumlah pejabat militer senior dan ilmuwan nuklir Iran. Teheran kemudian membalas dengan meluncurkan rudal balistik dan drone ke berbagai kota di Israel.

Serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap infrastruktur energi Iran menimbulkan pertanyaan serius tentang pasokan minyak dari Timur Tengah dan potensi dampaknya terhadap harga energi global. Iran, yang memiliki cadangan gas alam terbesar kedua dan cadangan minyak mentah terbesar ketiga di dunia, menjadikan infrastruktur energinya sebagai target potensial. Sebelumnya, Israel menahan diri untuk tidak menyerang fasilitas energi Iran karena tekanan dari sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat, yang khawatir akan dampaknya terhadap harga energi global. Namun, situasi kini telah berubah drastis.

Fasilitas Energi yang Diserang:

  • Depo Bahan Bakar dan Gas Shahran (Teheran): Pusat penyimpanan dan distribusi bahan bakar terbesar di Teheran, dengan 11 tangki berkapasitas total hampir 260 juta liter. Depot ini mendistribusikan bensin, solar, dan bahan bakar aviasi ke terminal-terminal di bagian utara ibu kota.
  • Kilang Minyak Shahr Rey (Teheran): Salah satu kilang tertua di Iran, dengan kapasitas penyulingan hampir 225.000 barel per hari. Gangguan di kilang ini dapat mengacaukan distribusi bahan bakar di kawasan paling padat penduduk dan penting secara ekonomi di Iran.
  • Ladang Gas South Pars (Provinsi Bushehr): Ladang gas terbesar di dunia, dengan cadangan gas yang dapat diambil sebanyak 1.260 triliun kaki kubik atau hampir 20% dari total cadangan global. Ladang ini menyumbang dua pertiga dari produksi gas Iran.
  • Kilang Gas Fajr Jam (Bushehr): Salah satu fasilitas pemrosesan gas terbesar di Iran, yang juga mengolah gas dari South Pars.

Serangan terhadap fasilitas-fasilitas ini memiliki implikasi yang signifikan. Gangguan pada Depot Shahran dapat menyebabkan kekurangan bahan bakar di Teheran dan sekitarnya. Kerusakan pada Kilang Minyak Shahr Rey dapat mengganggu pasokan bahan bakar di kawasan yang penting secara ekonomi. Sementara itu, serangan terhadap Ladang Gas South Pars dan Kilang Gas Fajr Jam dapat mengancam pasokan listrik dan bahan bakar domestik, terutama di provinsi-provinsi selatan dan tengah Iran.

Sebagai respons terhadap serangan ini, Iran mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz, jalur laut vital yang dilalui hampir 20% konsumsi minyak global. Penutupan Selat Hormuz dapat memicu lonjakan harga minyak yang signifikan. Bahkan sebelum ancaman penutupan Selat Hormuz, serangan Israel telah mendorong harga minyak naik hingga 9%, sebelum kemudian mereda. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam di pasar energi global dan meningkatkan risiko instabilitas ekonomi yang lebih luas.