Gelombang Protes Anti-Turis Melanda Eropa Selatan: Warga Lokal Geram dengan Dampak Pariwisata Massal

Gelombang Protes Anti-Turis Melanda Eropa Selatan: Warga Lokal Geram dengan Dampak Pariwisata Massal

Ribuan warga di berbagai kota di Eropa Selatan turun ke jalan pada hari Minggu, menyuarakan kekecewaan mereka terhadap dampak negatif pariwisata massal atau overtourism. Aksi protes ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah dan industri pariwisata untuk meninjau kembali model pengembangan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Aksi Protes di Barcelona: Simbol Perlawanan

Barcelona, Spanyol, menjadi pusat aksi protes terbesar. Massa melakukan aksi simbolis dengan menyemprotkan air ke arah wisatawan dan properti komersial, menyalakan bom asap berwarna, serta menempelkan stiker bernada protes di etalase toko dan hotel. Spanduk-spanduk dengan pesan keras seperti "Pariwisata massal membunuh kota" dan "Keserakahan mereka menghancurkan kami" mewarnai aksi tersebut.

Yel-yel "Liburanmu, deritaku" terdengar lantang, mencerminkan frustrasi warga yang merasa terganggu oleh kehadiran wisatawan dalam jumlah besar. Aksi ini digerakkan oleh aliansi SET (Sud d'Europa contra la Turistització), sebuah gerakan yang beranggotakan kelompok-kelompok dari Spanyol, Portugal, dan Italia yang menentang overtourism.

Dampak Overtourism: Melonjaknya Harga Rumah dan Tergerusnya Identitas Lokal

Para pengunjuk rasa menyoroti dampak sosial dan ekonomi pariwisata yang tak terkendali. Salah satu isu utama adalah melonjaknya harga properti yang memaksa warga lokal untuk meninggalkan tempat tinggal mereka. Barcelona, dengan populasi 1,6 juta jiwa, menerima sekitar 26 juta wisatawan setiap tahunnya.

Pemerintah kota telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, termasuk penghentian izin penyewaan apartemen untuk turis mulai tahun 2028. Namun, warga merasa bahwa tindakan ini belum cukup untuk mengatasi akar masalah.

Seorang warga Barcelona, Eva Vilaseca (38), mengungkapkan rasa frustrasinya karena merasa seperti orang asing di kotanya sendiri. Ia menyerukan pengurangan jumlah wisatawan secara drastis dan pengembangan model ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Protes Meluas ke Kota-Kota Lain di Eropa Selatan

Aksi protes serupa juga terjadi di kota-kota lain di Spanyol, seperti Ibiza, Malaga, Palma de Mallorca, San Sebastian, dan Granada. Di Italia, demonstrasi berlangsung di Genoa, Naples, Palermo, Milan, dan Venesia. Pembangunan dua hotel baru di Venesia, yang akan menambah sekitar 1.500 tempat tidur, semakin memicu kekhawatiran warga akan overtourism.

Seorang pekerja hotel di Barcelona mengungkapkan dilemanya, menyoroti ketegangan antara pekerja di sektor pariwisata dan masyarakat lokal. Di satu sisi, mereka bergantung pada industri ini untuk mata pencaharian, namun di sisi lain, mereka juga merasakan dampak negatif overtourism.

Pertumbuhan Pariwisata dan Keresahan Warga: Sebuah Kontradiksi

Industri pariwisata global terus tumbuh, dengan proyeksi pengeluaran wisatawan internasional di Eropa mencapai 838 miliar dollar AS tahun ini, meningkat 11 persen. Spanyol dan Prancis diperkirakan akan menjadi negara dengan jumlah wisatawan tertinggi dalam sejarah.

Namun, pertumbuhan ini tidak sejalan dengan kesejahteraan warga lokal. Semakin banyak warga di kota-kota tujuan wisata yang mempertanyakan apakah manfaat ekonomi dari pariwisata didistribusikan secara adil.

Aksi protes yang juga dijadwalkan berlangsung di Lisbon, Portugal, menunjukkan bahwa keresahan ini bersifat regional dan bukan sekadar fenomena lokal. Seruan untuk pariwisata yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan semakin menggema di seluruh Eropa Selatan. Pariwisata massal yang tidak terkendali berpotensi menjadi sumber konflik sosial yang serius jika tidak ditangani dengan bijak.