Ketegangan Iran-Israel Bayangi Pergerakan Rupiah, Sentimen Pasar Berubah Arah

Rupiah Tertekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Nilai tukar rupiah diprediksi mengalami tekanan pada perdagangan awal pekan ini. Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel menjadi faktor utama yang memicu sentimen risk off di pasar keuangan.

Konflik yang kembali memanas ini mendorong investor untuk mencari aset-aset yang dianggap lebih aman (safe haven), sehingga mengurangi minat terhadap mata uang negara berkembang seperti rupiah. Serangan yang dilancarkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan sandi "Operation Rising Lion" menargetkan sejumlah fasilitas militer dan program nuklir Iran, termasuk di wilayah Tehran. Serangan udara Israel tersebut dilaporkan menewaskan sejumlah pejabat tinggi militer Iran, termasuk Jenderal Mohammad Bagheri.

Sebagai respon, Iran meluncurkan "Operation True Promise 3" yang menyasar fasilitas militer Israel. Akibat serangan ini, kedua belah pihak melaporkan adanya korban jiwa dan luka-luka. Kementerian Kesehatan Iran mencatat ratusan korban jiwa dan luka-luka, sementara otoritas Israel juga melaporkan adanya korban akibat serangan rudal Iran.

Selain faktor eksternal, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh data ekonomi domestik yang dirilis pada minggu sebelumnya. Indeks kepercayaan konsumen dan data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan turut membebani pergerakan rupiah. Pada pembukaan perdagangan di Jakarta, rupiah tercatat melemah tipis terhadap dolar AS.

Berikut Rincian Peristiwa Konflik Iran-Israel:

  • Israel Melancarkan Serangan:
    • Operasi "Operation Rising Lion" menargetkan fasilitas militer dan program nuklir Iran.
    • Serangan udara menyasar sejumlah wilayah, termasuk Tehran.
    • Pejabat militer tinggi Iran dilaporkan tewas.
  • Iran Membalas Serangan:
    • Meluncurkan "Operation True Promise 3" dengan menargetkan fasilitas militer Israel.
    • Kedua belah pihak melaporkan korban jiwa dan luka-luka.
  • Dampak Ekonomi:
    • Sentimen risk off di pasar keuangan.
    • Investor mencari aset safe haven.
    • Rupiah tertekan terhadap dolar AS.
    • Data ekonomi domestik yang lemah turut membebani rupiah.