Profesor UGM Kupas Tuntas 'Masuk Angin' dari Sudut Pandang Antropologi Kesehatan

Pengukuhan Prof. Dr. Atik Triratnawati sebagai Guru Besar bidang Antropologi Kesehatan di Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi momentum penting dalam memahami fenomena 'masuk angin' dari perspektif yang lebih luas. Disertasi Atik mengupas tuntas bagaimana 'masuk angin' bukan sekadar keluhan fisik, melainkan juga konstruksi budaya yang tertanam kuat dalam masyarakat, khususnya di Jawa.

Dalam orasi ilmiahnya, Atik menjelaskan bahwa 'masuk angin' merupakan titik temu antara dunia medis dan keyakinan budaya. Masyarakat Jawa, misalnya, meyakini bahwa 'masuk angin' terjadi ketika tubuh didominasi oleh unsur 'angin' yang berlebihan, sehingga keseimbangan antara 'panas' dan 'dingin' dalam tubuh terganggu. Konsep ini berbeda dengan pandangan medis modern yang mengkategorikan gejala 'masuk angin' sebagai common cold atau flu.

Atik menekankan bahwa pengalaman sakit dan penyakit tidak hanya bersifat biologis, tetapi juga dibentuk oleh lingkungan sosial dan budaya tempat individu tersebut berada. Cara individu merasakan sakit, memberikan label pada penyakit, mencari penyembuhan, dan proses pemulihan, semuanya dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kepercayaan yang berlaku dalam komunitasnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang 'masuk angin' tidak bisa dilepaskan dari konteks budaya masyarakat yang mempercayainya.

Lebih lanjut, Atik menjelaskan bahwa istilah 'masuk angin' tidak ditemukan dalam terminologi medis modern. Dokter umumnya akan mendiagnosis gejala yang dikeluhkan sebagai common cold atau flu, dan memberikan pengobatan yang sesuai. Namun, bagi masyarakat yang meyakini adanya 'masuk angin', pengobatan medis seringkali dipadukan dengan praktik-praktik tradisional seperti kerokan, minum jamu, atau pijat.

Penelitian Atik membuka wawasan baru tentang bagaimana budaya dan kesehatan saling memengaruhi. Memahami keyakinan dan praktik budaya terkait penyakit, termasuk 'masuk angin', penting bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Implikasi dari penelitian ini sangat luas, tidak hanya dalam bidang kesehatan, tetapi juga dalam bidang sosial dan budaya. Dengan memahami bagaimana masyarakat mengkonstruksi makna sakit dan sehat, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dalam mempromosikan kesehatan dan mencegah penyakit. Penelitian ini juga mendorong dialog yang lebih terbuka antara dunia medis dan keyakinan budaya, sehingga tercipta pemahaman yang lebih holistik tentang kesehatan manusia.

Beberapa poin penting yang diangkat oleh Prof. Atik Triratnawati:

  • 'Masuk angin' sebagai fenomena budaya yang kompleks.
  • Perbedaan pandangan antara medis modern dan keyakinan budaya tentang 'masuk angin'.
  • Pengaruh budaya terhadap pengalaman sakit dan sehat.
  • Pentingnya pemahaman budaya dalam pelayanan kesehatan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara budaya dan kesehatan, serta memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.