Wabah PMK Kembali Hantui Sumenep, Puluhan Ternak Sapi Terancam

Wabah PMK Kembali Hantui Sumenep, Puluhan Ternak Sapi Terancam

Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kembali menghadapi ancaman serius dengan merebaknya kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi. Kejadian ini memicu kekhawatiran di kalangan peternak, terutama di beberapa kecamatan yang dilaporkan menjadi episentrum penyebaran penyakit.

Kondisi Sapi yang Memprihatinkan

Di Kecamatan Saronggi, seorang peternak bernama Rudianto, mengungkapkan kondisi sapi miliknya yang terjangkit PMK. Sapi tersebut mengalami luka parah di bagian mulut, mengeluarkan busa, dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Kondisi ini menyebabkan sapi tersebut tidak dapat berdiri dan kehilangan nafsu makan.

"Saat ini, kondisi sapi saya sudah tidak bisa berdiri. Mulutnya luka, mengeluarkan busa, dan bau menyengat. Kakinya juga terluka," ujar Rudianto.

Ia menduga sapi tersebut terjangkit PMK setelah dibeli dari pasar hewan di Kecamatan Kota Sumenep. Kejadian ini menambah daftar panjang kerugian yang dialami peternak akibat PMK.

Dampak Lebih Luas di Kecamatan Manding

Tidak hanya di Saronggi, wabah PMK juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Manding. Seorang peternak bernama Rahman mengonfirmasi bahwa sejumlah sapi di desanya terjangkit PMK. Bahkan, beberapa sapi dilaporkan mati akibat penyakit ini.

"Ada juga yang sudah tidak bisa berdiri. Karena kakinya bengkak," ujar Rahman.

Rahman memilih untuk menjaga jarak dari sapi-sapi yang terjangkit PMK untuk mencegah penularan virus ke hewan ternaknya yang lain.

Penyebaran Virus yang Perlu Diwaspadai

Berdasarkan data terbaru, virus PMK dapat menyebar melalui tiga jalur utama:

  • Kontak langsung: Penularan terjadi melalui kontak fisik antara hewan yang terinfeksi dengan hewan sehat.
  • Kontak tidak langsung: Penularan terjadi saat hewan sehat bersentuhan dengan benda atau lingkungan yang telah terkontaminasi, seperti alat kandang, pakaian, sepatu, kendaraan, atau limbah dari peternakan.
  • Melalui udara: Virus PMK dapat menyebar melalui udara, terutama pada musim hujan. Dalam kondisi tertentu, virus mampu berpindah hingga jarak 10 kilometer dari sumber infeksi.

Merebaknya kembali wabah PMK di Sumenep menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan dan tindakan pencegahan yang ketat. Peternak diimbau untuk segera melaporkan jika menemukan gejala PMK pada hewan ternaknya. Pemerintah daerah juga diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan penyebaran virus dan melindungi populasi ternak di Sumenep.