Kontroversi Wisata Hiu Paus Botubarani: Antara Konservasi dan Eksploitasi
markdown Desa Botubarani, Gorontalo, yang terkenal dengan wisata hiu pausnya, kini menjadi sorotan. Sebuah video viral di media sosial mengungkap sisi lain dari interaksi manusia dan hiu paus (Rhincodon typus) di habitat mereka, memicu perdebatan tentang etika dan keberlanjutan pariwisata. Bahkan nama artis Prilly Latuconsina yang didapuk sebagai Duta Konservasi Hiu Paus turut terseret dalam pusaran kontroversi ini.
Kehadiran hiu paus di Botubarani pertama kali disadari warga sekitar tahun 2013. Mamalia laut ini kerap muncul di dekat perkampungan nelayan dan menjadi pemandangan sehari-hari. Namun, baru pada tahun 2016, dengan intervensi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, masyarakat setempat menyadari bahwa hiu paus merupakan satwa yang dilindungi. Sejak saat itu, berbagai upaya konservasi dilakukan, termasuk pendataan, pemasangan alat pelacak, dan pembatasan aktivitas di zona interaksi.
Pemerintah daerah, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, menerapkan aturan ketat di zona interaksi hiu paus. Memancing dan lalu lintas kapal bermesin dilarang untuk menjaga ketersediaan makanan alami dan kenyamanan hiu paus. Upaya ini membuahkan hasil positif, terbukti dengan kemunculan individu-individu baru, termasuk hiu paus remaja. Pada Mei 2026, rekor baru tercatat dengan kemunculan enam ekor hiu paus remaja secara bersamaan.
Meskipun upaya konservasi dilakukan, praktik pemberian makan hiu paus dengan udang menjadi kontroversi. Beberapa pihak berpendapat bahwa praktik ini mengganggu perilaku alami hiu paus dan menciptakan ketergantungan. Di sisi lain, warga setempat, yang sebagian besar adalah nelayan, percaya bahwa kehadiran hiu paus membawa berkah, karena seringkali diikuti olehSchools ikan yang melimpah. Mereka juga mengklaim bahwa praktik pemberian makan udang telah berlangsung lama dan merupakan bagian dari tradisi lokal.
Seorang warga Botubarani bernama Olis Latif, dalam wawancara sebelumnya, menyatakan bahwa setiap kali hiu paus datang, selalu diikuti dengan ikan dalam jumlah yang besar. Hal ini kemudian memberikan rezeki lebih kepada para nelayan. Arfan Ali, warga Botubarani lainnya, mengungkapkan bahwa hiu paus akan datang jika di pancing dengan udang.
Terlepas dari kontroversi tersebut, potensi wisata hiu paus Botubarani tidak dapat dipungkiri. Kawasan ini bahkan diusulkan menjadi Geopark Nasional. Pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan infrastruktur, memberikan pelatihan kepada masyarakat dan pemandu wisata, serta menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan ekonomi. Sosialisasi dan edukasi tentang konservasi hiu paus telah menjangkau ratusan peserta, dan program pemantauan satelit memberikan data penting untuk pengelolaan kawasan. Rehabilitasi terumbu karang dan pembersihan kawasan wisata juga dilakukan secara rutin.
Kasus Botubarani ini menjadi contoh kompleksitas pengelolaan wisata berbasis satwa liar. Di satu sisi, pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dan meningkatkan kesadaran tentang konservasi. Di sisi lain, tanpa pengelolaan yang hati-hati, pariwisata dapat mengancam kelestarian satwa liar dan habitatnya. Keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan ekonomi yang bertanggung jawab menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan wisata hiu paus Botubarani.
Selain hiu paus, perairan Botubarani juga menjadi rumah bagi orca (paus pembunuh) dan lumba-lumba. Keanekaragaman hayati ini menambah daya tarik kawasan ini sebagai destinasi wisata bahari.
Berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan wisata hiu paus Botubarani:
- Pengawasan yang ketat terhadap praktik pemberian makan: Evaluasi dampak praktik pemberian makan terhadap perilaku dan kesehatan hiu paus.
- Pembatasan jumlah wisatawan: Mengatur jumlah wisatawan untuk mengurangi tekanan terhadap habitat hiu paus.
- Edukasi kepada wisatawan: Meningkatkan kesadaran wisatawan tentang pentingnya konservasi hiu paus dan ekosistem laut.
- Keterlibatan masyarakat lokal: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata dan memberikan manfaat ekonomi yang adil.
- Penelitian dan pemantauan: Melakukan penelitian dan pemantauan secara berkala untuk memantau populasi hiu paus dan kondisi habitatnya.
Dengan pengelolaan yang tepat, wisata hiu paus Botubarani dapat menjadi contoh sukses pariwisata berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi masyarakat lokal dan melestarikan keanekaragaman hayati laut.