Penurunan IHSG dan Pengaruhnya terhadap Pasar Regional: Rupiah Tunjukkan Penguatan

Penurunan IHSG dan Pengaruhnya terhadap Pasar Regional: Rupiah Tunjukkan Penguatan

Penurunan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menandai perdagangan hari Selasa, 4 Maret 2025. IHSG ditutup melemah 139,25 poin atau 2,14 persen, berada di level 6.380,40. Penurunan ini bahkan sempat menyentuh titik terendah di angka 6.361,40 pada akhir sesi kedua, menunjukkan tekanan jual yang cukup kuat di pasar saham domestik. Data RTI menunjukkan pergerakan yang kontras; 110 saham berhasil menghijau, sedangkan 473 saham tertekan ke zona merah, dengan 210 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp 13,64 triliun dengan volume 21,48 miliar saham.

Analisis terhadap pergerakan IHSG perlu mempertimbangkan konteks pasar regional. Meskipun Indeks Shanghai Komposit mencatatkan kenaikan 0,25 persen (8,16 poin) ke posisi 3.325,09, beberapa indeks regional lainnya justru mengalami penurunan. Nikkei 225 misalnya, terpantau melemah 1,34 persen (505 poin) ke posisi 37.318,50. Indeks Strait Times juga tercatat turun 0,44 persen (17,07 poin) di level 3.891,85, sementara Hang Seng mengalami penurunan 0,24 persen (55,52 poin) di level 22.950,75. Perbedaan pergerakan ini menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi pasar saham di Asia, yang membutuhkan kajian lebih lanjut untuk memahami penyebab penurunan IHSG.

Di tengah pelemahan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru menunjukkan tren penguatan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat di pasar spot. Kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga menunjukan penguatan, dengan nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.443 per dolar AS pada Selasa, 4 Maret 2025. Angka ini menunjukkan apresiasi jika dibandingkan dengan posisi hari Senin, 3 Maret 2025, yang berada di level Rp 16.506 per dolar AS. Penguatan rupiah ini menjadi poin penting yang perlu dikaji lebih lanjut, khususnya kaitannya dengan faktor fundamental ekonomi domestik dan global yang mempengaruhi nilai tukar.

Kesimpulannya, penurunan IHSG pada Selasa, 4 Maret 2025, memerlukan analisis menyeluruh yang mempertimbangkan berbagai faktor, baik domestik maupun global. Meskipun pasar regional menunjukkan pergerakan yang beragam, penguatan rupiah menjadi indikator yang menarik untuk diteliti lebih jauh. Perlu adanya pengamatan yang lebih intensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama di balik penurunan IHSG dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Data transaksi yang signifikan menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup tinggi, meskipun didominasi oleh tekanan jual.