Dana Investasi Negara: Alokasi ke Luar Negeri Tuai Sorotan

Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah mengumumkan alokasi dana investasinya, dengan porsi mayoritas, yaitu 80%, ditujukan untuk investasi di dalam negeri, sementara sisanya, 20%, dialokasikan untuk investasi di luar negeri. Keputusan ini memicu berbagai tanggapan dari kalangan ekonom.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengakui bahwa Danantara memiliki mandat untuk berinvestasi di luar negeri, mengikuti jejak lembaga serupa seperti Khazanah dari Malaysia dan Temasek dari Singapura. Ia mencontohkan bagaimana Khazanah dan Temasek mengalokasikan sebagian besar investasi mereka ke luar negeri.

Namun, Wijayanto menekankan pentingnya orientasi investasi Danantara terhadap kepentingan ekonomi nasional. Ia berpendapat bahwa investasi di luar negeri seharusnya menjadi daya tarik bagi investor asing untuk turut berinvestasi di Indonesia.

"Investasi di luar negeri, selain bertujuan untuk mendapatkan return investasi yang tinggi, investasi di luar negeri juga bisa menjadi pancingan agar investor LN termasuk SWF tertarik untuk berinvestasi di Indonesia bersama Danantara," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa masuknya investasi asing dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Wijayanto menyarankan beberapa skema investasi yang dapat dilakukan Danantara, termasuk melalui pasar modal dengan membeli saham asing.

Direktur Ekonomi Digital Center Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, memiliki pandangan berbeda. Ia berpendapat bahwa investasi Danantara sebaiknya difokuskan pada sektor riil dalam negeri untuk menciptakan efek berganda terhadap lapangan kerja. Ia mencontohkan bagaimana investasi yang signifikan di sektor teknologi dalam negeri dapat memberikan dampak yang besar dan langsung.

Huda juga menyoroti risiko investasi Danantara di luar negeri, terutama mengingat potensi keuntungan yang baru dapat dinikmati pada tahun berikutnya, sebagaimana disampaikan oleh Chief Executive Officer (CEO) BPI Danantara, Rosan Roeslani. Ia menilai bahwa kondisi saat ini membuat pencapaian target tersebut cukup sulit.

Sebelumnya, Rosan menyatakan bahwa alokasi 20% modal untuk investasi di luar negeri diharapkan dapat menghasilkan pendapatan sebesar US$ 135 juta dalam lima tahun. Ia menekankan bahwa investasi bukan hanya tentang menanam modal, tetapi juga tentang menciptakan nilai tambah dan efisiensi, terutama bagi BUMN yang belum optimal.

"Danantara akan menjadi jembatan untuk meningkatkan kepercayaan investor asing. Dengan dana yang kami miliki, kami bisa leverage investasi menjadi 4 hingga 5 kali lipat dari jumlah awal," jelas Rosan.