PDIP Berencana Menyusun Narasi Sejarah Alternatif Merespons Inisiatif Pemerintah

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengumumkan rencana untuk menyusun catatan sejarah alternatif sebagai respons terhadap proyek penulisan sejarah yang digagas oleh Menteri Kebudayaan. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menawarkan perspektif yang berbeda dan melengkapi narasi sejarah yang ada.

Bambang Wuryanto, Ketua DPP PDIP, menjelaskan bahwa penulisan sejarah tidak dapat sepenuhnya terlepas dari subjektivitas penulis. Menurutnya, setiap individu atau kelompok memiliki sudut pandang dan interpretasi sendiri terhadap peristiwa sejarah. Oleh karena itu, PDIP merasa perlu untuk menyajikan versi sejarahnya sendiri berdasarkan fakta dan perspektif yang dimiliki.

"Dalam penulisan sejarah, subjektivitas tidak bisa dihindari. Setiap orang membawa nilai dan pandangannya masing-masing," ujar Bambang Wuryanto.

Keputusan PDIP untuk menulis sejarah alternatif juga dilatarbelakangi oleh pernyataan kontroversial Menteri Kebudayaan terkait peristiwa masa lalu. PDIP berpandangan bahwa narasi sejarah yang akurat dan komprehensif sangat penting untuk pembelajaran dan pemahaman generasi mendatang.

Bambang Wuryanto mencontohkan, dirinya sebagai pengagum Soekarno, tentu akan sulit menuliskan hal-hal negatif tentang proklamator tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang dan keyakinan penulis akan memengaruhi cara mereka menafsirkan dan menyajikan sejarah.

Oleh karena itu, daripada terlibat dalam perdebatan yang tidak berujung mengenai interpretasi sejarah, PDIP memilih untuk menyusun catatan sejarahnya sendiri dengan fakta dan data yang mereka miliki.

"Jika hanya berdebat tanpa henti, lebih baik kita buat sejarah kita sendiri dengan fakta yang kita punya," tegas Bambang Wuryanto.

Langkah PDIP ini juga merupakan tanggapan terhadap gagasan Menteri Kebudayaan untuk menulis ulang sejarah bangsa dengan penekanan pada narasi yang lebih positif dan Indonesia-sentris. Tujuan dari penulisan ulang sejarah tersebut adalah untuk mempersatukan bangsa dan memperkuat kepentingan nasional.

Namun, PDIP berpendapat bahwa penting untuk tetap menyajikan sejarah secara komprehensif dan tidak menghilangkan fakta-fakta penting, meskipun tidak selalu positif. Dengan demikian, generasi mendatang dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Bambang Wuryanto juga menyinggung pernyataan Presiden ke-3 RI B.J. Habibie terkait peristiwa kelam Mei 1998. Ia meminta publik untuk merujuk pada pernyataan Habibie saat itu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih akurat tentang kejadian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa PDIP berupaya untuk menyajikan sejarah berdasarkan berbagai sumber dan perspektif yang ada.

  • PDIP akan menulis sejarah sebagai pembanding versi pemerintah
  • Penulisan sejarah ini di inisiasi oleh Menteri Kebudayaan
  • Penulisan sejarah ini agar Indonesia sentris