Diversifikasi Pasokan: China Jajaki Ekspor Batu Bara Kokas ke Indonesia di Tengah Dominasi Australia

Ekspor batu bara kokas dari China ke Indonesia mulai terlihat, menandai perubahan signifikan dalam dinamika perdagangan komoditas global. Langkah ini, yang sebelumnya jarang terjadi, memunculkan spekulasi tentang potensi diversifikasi sumber pasokan bagi industri pengolahan di Indonesia.

Setidaknya tiga pengiriman kargo batu bara kokas telah tiba di pabrik pengolahan di Sulawesi pada bulan Mei. Peristiwa ini menarik perhatian karena China selama ini dikenal sebagai importir utama batu bara kokas dunia. Data kepabeanan menunjukkan bahwa sebelum inisiatif ini, pengiriman serupa dari China ke Indonesia sangat terbatas.

Salah satu kargo tersebut diinisiasi oleh Shanxi Coking Coal Group, sebuah perusahaan BUMN, yang menjualnya kepada China Risun Group, operator pabrik pengolahan kokas skala besar di Sulawesi. Dua pengiriman lainnya difasilitasi oleh Hong Kong Jinteng Development Ltd dan ditujukan untuk fasilitas produksi Dexin Steel, juga berlokasi di Indonesia.

Langkah ini ditafsirkan sebagai upaya uji pasar. Analis independen berpendapat bahwa ekspor ini dapat menjadi cara bagi China untuk menunjukkan kepada industri di Indonesia bahwa mereka memiliki alternatif selain bergantung pada pasokan tradisional dari Australia. Akan tetapi, tantangan tetap ada, termasuk biaya yang lebih tinggi dan persaingan ketat dari pemasok lain seperti Rusia dan Mongolia. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan ekspor batu bara kokas dari China ke Indonesia dalam jangka panjang.

Perlambatan pertumbuhan industri baja di China dapat mendorong peningkatan ekspor di masa depan. Kelebihan pasokan di pasar domestik dapat mendorong produsen China untuk mencari peluang di pasar internasional. Pada bulan April, China tercatat mengirimkan sekitar 78.030 metrik ton batu bara kokas ke Indonesia, menandai pengiriman pertama sejak Juli tahun sebelumnya.

Ekspansi pabrik pengolahan kokas di Sulawesi telah mengubah wilayah ini menjadi pusat produksi kokas metalurgi yang penting, yang merupakan bahan baku krusial dalam produksi baja. Ekspor kokas logam dari Indonesia mencapai titik tertinggi pada tahun sebelumnya. Namun, pabrik-pabrik di wilayah ini kini menghadapi masalah kelebihan kapasitas. Tingkat utilisasi dilaporkan hanya berkisar antara 60% hingga 70%. Kondisi ini diperburuk oleh keputusan India untuk memberlakukan pembatasan impor, yang berdampak pada permintaan kokas dari Indonesia.