Pengalaman Pasien Mengungkap Gejala Awal Batu Ginjal: Dari Nyeri Punggung Hingga Hematuria

Batu ginjal, endapan keras yang terbentuk dari mineral dan garam dalam urine di dalam ginjal, dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Faktor-faktor seperti pola makan yang buruk, obesitas, kondisi medis tertentu, serta konsumsi suplemen dan obat-obatan tertentu dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Kondisi ini dapat mempengaruhi sistem urinaria secara keseluruhan, mulai dari ginjal hingga kandung kemih.

Seringkali, batu ginjal terbentuk ketika urine menjadi terlalu pekat, menyebabkan mineral-mineral mengkristal dan saling menempel. Jika tidak diobati, batu ginjal dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gagal ginjal.

Berikut adalah pengalaman tiga pasien yang menggambarkan gejala awal batu ginjal yang mereka alami:

1. Nyeri Punggung yang Melumpuhkan

Carollyn Gehrke, seorang wanita berusia 46 tahun, mengalami nyeri punggung dan samping perut yang hebat selama liburan Natal tahun 2019. Rasa sakit itu sangat mengganggu sehingga ia tidak dapat menikmati liburannya.

"Saya merasakan sakit yang luar biasa dan sangat tidak nyaman," katanya. "Saya tidak menghadiri pesta Natal atau Tahun Baru. Saya hanya tinggal di rumah dengan selimut penghangat."

Namun, rasa sakitnya semakin parah dari hari ke hari. Carollyn dan ibunya akhirnya menghubungi bibinya, yang bekerja di Mayo Clinic Health System di La Crosse, AS. Mereka terhubung dengan tim perawatan di La Crosse yang menanyakan tentang jenis nyeri yang dialaminya dan berapa lama rasa sakit itu berlangsung.

Carollyn dirujuk ke dokter bedah, Scott Pate, dan ia segera berangkat ke La Crosse bersama suaminya. Selama perjalanan, ia minum obat pereda nyeri dan menggunakan selimut hangat untuk meredakan rasa sakitnya.

Setelah pemeriksaan menyeluruh, Carollyn didiagnosis dengan batu ginjal jenis kalsium oksalat berukuran 1 cm. Dokter menjelaskan bahwa batu ginjal tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk keluar dengan sendirinya. Carollyn menjalani prosedur bedah laser litotripsi untuk mengangkat batu ginjal tersebut.

2. Munculnya Darah dalam Urine (Hematuria)

Taylor, seorang gadis kecil berusia 6 tahun yang tinggal di Philadelphia, AS, terkejut dan ketakutan ketika melihat darah dalam urinenya di sekolah. Ia segera memberi tahu ibunya, yang langsung membawanya ke dokter anak.

Awalnya, Taylor didiagnosis menderita infeksi saluran kemih dan diresepkan antibiotik. Namun, hematuria (darah dalam urine) terus muncul secara berkala selama beberapa bulan berikutnya. Ia juga mengalami muntah, dehidrasi, kelelahan, dan sakit perut.

Taylor kembali dibawa ke dokter anak, dan kali ini ia didiagnosis menderita infeksi ginjal dan kembali diresepkan antibiotik. Namun, sekitar dua minggu kemudian, ia dilarikan ke rumah sakit dan CT scan menunjukkan adanya batu ginjal yang tersangkut di ureternya.

Taylor dirujuk untuk menjalani prosedur pemasangan stent di dalam ureternya. Dokter menggunakan laser untuk memecah batu ginjal berukuran 6 mm tersebut dan kemudian mengeluarkannya. Setelah operasi, Taylor tidak pernah merasakan sakit lagi dan menjalani kontrol kesehatan rutin setiap enam bulan sekali. Ia juga mulai mengonsumsi banyak air putih dan menghindari makanan yang mengandung garam tinggi.

3. Sakit Perut yang Menusuk

Claire Monti, seorang remaja berusia 15 tahun di Negara Bagian Ohio, AS, mengeluhkan nyeri yang tajam di perut bagian bawah. Ia menggambarkan rasa sakit itu seperti ditusuk-tusuk secara terus-menerus.

Rasa sakit itu semakin memburuk dalam beberapa hari berikutnya. Claire dilarikan ke UGD. Setelah diperiksa, dokter menemukan adanya batu ginjal yang tersangkut di tabung drainase menuju kandung kemih.

Sekitar satu minggu kemudian, batu ginjal Claire pecah dan keluar bersama stent. Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa tidak ada lagi batu ginjal di tubuhnya. Setelah kejadian itu, Claire mulai menjaga pola makannya. Ia lebih banyak mengonsumsi yogurt dan limun, dan menghindari makanan favoritnya seperti selai kacang dan cokelat.