Becak Yogyakarta: Lebih dari Sekadar Alat Transportasi, Simbol Warisan Budaya yang Terus Bertransformasi
Yogyakarta, kota yang kaya akan sejarah dan budaya, baru-baru ini merayakan pengakuan terhadap salah satu ikonnya: becak. Lebih dari sekadar alat transportasi tradisional, becak kini resmi menyandang status sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) yang ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan.
Pengakuan ini menjadi angin segar bagi upaya pelestarian becak, terutama becak kayuh, yang keberadaannya semakin tergerus oleh perkembangan zaman. Dosen Sejarah Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) UGM, Baha Uddin, menyambut baik penetapan ini sebagai langkah strategis Pemerintah Daerah (Pemda) DIY untuk melindungi dan menghidupkan kembali moda transportasi yang sarat makna historis.
Pergeseran Fungsi dan Tantangan Zaman
Dulu, becak merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta. Namun, seiring dengan munculnya transportasi modern dan daring, peran becak kayuh sebagai alat transportasi publik semakin berkurang. Pelanggan setia becak pun kini hanya terbatas pada kalangan tertentu, seperti pengunjung pasar tradisional.
Kondisi ini memaksa para pengemudi becak untuk beradaptasi. Banyak dari mereka yang kini mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama. Becak-becak yang dulu hilir mudik di jalanan kota kini lebih sering terlihat di sekitar kawasan wisata, menjadi bagian dari pengalaman wisatawan dalam menikmati keindahan dan keunikan Yogyakarta. Bahkan, beberapa becak dimodifikasi menjadi lebih menarik, dengan hiasan dan ornamen yang mencerminkan budaya lokal, agar lebih menarik minat wisatawan.
Harapan untuk Generasi Mendatang
Penetapan becak sebagai WBTb diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, akan pentingnya melestarikan warisan budaya. Baha Uddin menekankan bahwa becak bukan hanya sekadar kendaraan, tetapi juga bagian dari memori kolektif dan identitas kota Yogyakarta.
Upaya pelestarian becak dapat dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari memberikan dukungan kepada para pengemudi becak, mengembangkan program pelatihan dan edukasi tentang sejarah dan budaya becak, hingga menciptakan ruang-ruang publik yang ramah bagi becak. Dengan demikian, becak tidak hanya menjadi artefak sejarah yang dipajang di museum, tetapi tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta.
Menghidupkan Kembali Ikon Kota
Keberadaan becak di Yogyakarta bukan hanya tentang mempertahankan alat transportasi tradisional, tetapi juga tentang menjaga identitas dan karakter kota yang unik. Becak adalah simbol kesederhanaan, keramahan, dan kearifan lokal yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Yogyakarta selama puluhan tahun.
Dengan statusnya sebagai WBTb, becak diharapkan dapat terus menjadi daya tarik wisata yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya bangsa.