Gunungan Sampah Jakarta: Potensi Energi Terbarukan dan Peluang Kerja Sama Antar Daerah

Jakarta menghadapi tantangan sekaligus peluang besar terkait pengelolaan sampah. Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menyatakan bahwa tumpukan sampah raksasa di TPST Bantar Gebang, Bekasi, yang mencapai 55 juta ton, kini dipandang sebagai aset berharga. Pernyataan ini disampaikan dalam Forum Kerja Sama Daerah Mitra Praja Utama (MPU) 2025, sebuah forum yang mempertemukan sepuluh provinsi untuk membahas isu-isu strategis.

Pramono Anung menekankan bahwa kemajuan teknologi saat ini, khususnya di bidang insinerator atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), membuka peluang untuk mengubah sampah menjadi energi. Teknologi ini, yang telah dikuasai oleh negara-negara seperti China, Eropa, dan Jepang, memungkinkan konversi sampah menjadi sumber listrik yang berkelanjutan. Dengan potensi ini, Jakarta berencana membangun empat hingga lima unit PLTSa sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Langkah ini diharapkan dapat mengatasi masalah sampah sekaligus menghasilkan energi bersih.

Saat ini, Jakarta menghasilkan sekitar 7.700 ton sampah setiap harinya. Dengan cadangan 55 juta ton sampah di Bantar Gebang, potensi untuk menyuplai PLTSa sangat besar. Bahkan, jika seluruh stok sampah tersebut digunakan, diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan PLTSa selama 25 hingga 28 tahun. Namun, Pramono Anung menyadari bahwa stok sampah ini mungkin tidak akan bertahan selamanya. Oleh karena itu, Jakarta membuka diri untuk bekerja sama dengan daerah lain dalam pengelolaan sampah dan penyediaan bahan baku untuk PLTSa.

Inisiatif ini bukan hanya tentang mengatasi masalah sampah, tetapi juga tentang menciptakan peluang ekonomi baru. Pramono Anung menjelaskan bahwa banyak pihak yang tertarik untuk berinvestasi dalam pengelolaan sampah di Jakarta, dan sebagian besar dari mereka mengaku mendapat dukungan langsung dari Presiden. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah pusat dalam mendukung pengembangan energi terbarukan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Dengan pandangan baru ini, pengelolaan sampah di Jakarta bukan lagi dianggap sebagai beban, melainkan sebagai aset strategis yang dapat dikelola secara modern dan menguntungkan. Pemerintah Provinsi Jakarta membuka pintu selebar-lebarnya untuk kerja sama dengan provinsi lain dalam urusan persampahan. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk masalah sampah, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.

Peluang kolaborasi ini meliputi:

  • Penyediaan bahan baku: Daerah-daerah lain dapat memasok sampah ke Jakarta untuk diolah menjadi energi di PLTSa.
  • Pengembangan teknologi: Kerja sama dalam pengembangan teknologi pengelolaan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
  • Investasi: Peluang investasi dalam pembangunan dan operasional PLTSa dan fasilitas pengelolaan sampah lainnya.
  • Transfer pengetahuan: Pertukaran pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan sampah antara Jakarta dan daerah lain.

Dengan kerja sama yang solid, Jakarta dan daerah-daerah lain dapat mengubah tantangan sampah menjadi peluang emas, menciptakan lingkungan yang lebih bersih, menghasilkan energi terbarukan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.