Polemik Atlet Disabilitas Bekasi: Pemutusan Kontrak, Penunggakan Gaji, dan Dugaan Intimidasi Mencuat

Nasib Malang Atlet Disabilitas Bekasi: Kontrak Diputus Sepihak, Honor Macet, dan Intimidasi Membayangi

Gelombang kekecewaan tengah melanda sejumlah atlet disabilitas yang tergabung dalam National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kabupaten Bekasi. Mereka mengeluhkan pemutusan kontrak secara sepihak, penunggakan gaji, hingga dugaan intimidasi yang membungkam suara mereka. Ironi ini mencoreng semangat inklusivitas dan keadilan dalam dunia olahraga.

Indah Permatasari, seorang atlet berusia 25 tahun yang menjadi korban, mengungkapkan bahwa namanya dicoret dari daftar atlet binaan tanpa alasan yang jelas. Padahal, ia hanya mempertanyakan hak-haknya yang belum dipenuhi. "Kami hanya menuntut hak kami, tapi justru dihukum. Kami benar-benar bingung," ujarnya dengan nada kecewa.

Lebih lanjut, Indah menuturkan adanya indikasi ancaman dari oknum pengurus terhadap atlet yang berani mengkritisi kebijakan yang ada. "Ada yang bilang, 'Kalau kamu macam-macam, ikut-ikutan protes, atau tidak suka dengan kepengurusan sekarang, silakan keluar dari NPCI'," tirunya menirukan ucapan seorang pengurus.

Ancaman ini membuat banyak atlet memilih untuk bungkam dan menelan pil pahit permasalahan yang mereka hadapi. "Mereka takut dicoret, karena satu-satunya penghasilan mereka hanya dari sini," imbuhnya. Kondisi ini menggambarkan betapa rentannya posisi atlet disabilitas yang menggantungkan hidupnya pada dukungan dari NPCI.

Merasa diperlakukan tidak adil, Indah bersama beberapa rekannya yang senasib mendatangi kantor NPCI Kabupaten Bekasi di Stadion Wibawamukti, Cikarang Timur. Mereka menuntut kejelasan terkait status mereka dan menagih honor dua bulan yang belum dibayarkan. Namun, upaya mereka hanya membuahkan hasil sebagian. Mereka hanya menerima satu bulan honor, itupun tanpa penjelasan yang memuaskan.

Kronologi Kejadian:

  • Pencoretan Sepihak: Atlet disabilitas dicoret dari daftar atlet binaan tanpa pemberitahuan resmi.
  • Penunggakan Honor: Honor atlet belum dibayarkan selama dua bulan.
  • Dugaan Intimidasi: Atlet yang vokal mengkritik diancam akan dikeluarkan dari NPCI.
  • Aksi Protes: Atlet mendatangi kantor NPCI untuk menuntut hak mereka.
  • Pembayaran Sebagian: Atlet hanya menerima satu bulan honor tanpa penjelasan.

Abdul Rouf, Humas NPCI Kabupaten Bekasi, membantah tuduhan pengusiran dan intimidasi. Ia mengklaim bahwa para atlet meninggalkan mes atas inisiatif sendiri setelah tidak lagi masuk dalam daftar atlet binaan 2025. "Tidak ada pengusiran. Mereka ambil barang-barangnya setelah libur. Kalau soal intimidasi, silakan tunjukkan bukti chat, suara, atau rekaman," tantangnya.

Kontradiksi antara pernyataan atlet dan pihak NPCI ini semakin memperkeruh suasana. Publik menuntut adanya investigasi mendalam untuk mengungkap fakta sebenarnya dan memastikan hak-hak atlet disabilitas terlindungi. Kasus ini menjadi sorotan tajam terhadap komitmen NPCI dalam memperjuangkan kesejahteraan atlet disabilitas.

Sebelumnya, sebuah video viral di media sosial memperlihatkan empat atlet disabilitas membawa koper dan barang-barang mereka keluar dari mes. Indah adalah salah satu dari mereka. Dalam video berdurasi 30 detik itu, ia menyebut mereka terusir karena dicoret tanpa pemberitahuan resmi. "Ya terusir kali, jadinya kita bawa barang saja. Iya (dicoret), enggak ada pemanggilan," ungkapnya dalam video tersebut.

Kasus ini menjadi tamparan keras bagi dunia olahraga Indonesia. Semangat inklusivitas dan keadilan yang seharusnya dijunjung tinggi tercoreng oleh dugaan ketidakadilan yang menimpa atlet disabilitas. Warganet pun ramai-ramai выражают simpati dan dukungan mereka kepada para atlet, serta mempertanyakan komitmen NPCI dalam memperjuangkan hak-hak mereka.