Sidang Kasus Penembakan Remaja di Semarang: Terdakwa Polisi Ungkap Detik-Detik Penembakan
Sidang Kasus Penembakan yang Menewaskan Gamma Digelar di Semarang
Kasus penembakan yang melibatkan anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, Robig Zaenudin, dan mengakibatkan tewasnya seorang remaja bernama Gamma, memasuki babak baru. Sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa Robig digelar di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, mengungkap kronologi kejadian versi terdakwa.
Dalam kesaksiannya, Robig menjelaskan bahwa peristiwa terjadi saat dirinya dalam perjalanan pulang dari kantor Polrestabes Semarang sekitar pukul 22.35 WIB. Ia bermaksud menuju rumah orang tuanya di daerah Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan. Saat itu, ia membawa senjata api dinasnya.
"Saya pulang dengan membawa senjata api pribadi yang saya simpan di pinggang," ujar Robig menjawab pertanyaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Sateno, dalam persidangan.
Ketika melintas di lokasi kejadian, Robig mengaku melihat rombongan sepeda motor yang gerak-geriknya mencurigakan. Ia menuturkan salah satu sepeda motor mengambil jalur yang seharusnya menjadi haknya dan juga jalur pengendara lain.
"Di depan saya, ada sepeda motor yang masuk ke jalur saya. Bahkan, ada motor lain yang jalurnya terganggu dan terpaksa menghindar ke bahu jalan. Namun, motor tersebut tetap melaju ke arah saya, sehingga saya pun harus menghindar ke bahu jalan," jelas Robig.
Menurut Robig, situasi semakin menegangkan ketika ia melihat pengendara motor kedua membawa senjata tajam. "Saya melihat sepeda motor nomor dua membawa sajam. Saat melihat sajam itu, saya menoleh ke belakang dan melihat pengendara motor tersebut mengayunkan sajam ke sepeda motor nomor satu. Setelah itu, melintas motor ketiga dan keempat," paparnya.
Merespon situasi tersebut, Robig memutuskan untuk berputar balik dan berhenti di depan sebuah minimarket. Ia kemudian turun ke jalan dan mengeluarkan senjata api.
"Saya berjalan ke tengah jalan dan melepaskan tembakan peringatan ke arah jam sebelas dengan jarak sekitar 10-15 meter. Saya juga berteriak 'polisi!', tetapi mereka tetap melaju, bahkan semakin cepat. Saat mereka mendekat, saya perintahkan untuk berhenti, tetapi mereka tetap melaju dan mengacungkan sajam," lanjutnya.
Robig mengklaim, setelah tembakan peringatan diabaikan, ia melepaskan tembakan kedua hingga keempat. Ia mengatakan dua tembakan diarahkan ke bawah, sementara tembakan terakhir diarahkan ke depan.
"Saya tembak ke bawah, ke arah sepeda motor nomor dua. Kemudian, saat motor ketiga melintas, saya tembak juga ke arah bannya. Saat saya menghadap ke kiri, sudah ada motor nomor empat yang hendak menabrak saya," jelasnya.
"Saya mundur selangkah hingga terjatuh. Motor keempat melintas tepat di depan saya, dan pembonceng di belakang mengacungkan sajam ke arah saya," imbuhnya.
Jaksa kemudian mempertanyakan mengapa Robig menembak ke arah badan korban. Namun, Robig bersikukuh bahwa ia menembak ke arah kaki para pengendara motor.
"Saya mengarahkan tembakan ke kaki. Mungkin karena hentakan dari senjata, karena senjata saya double action, single action, jadi ada hentakannya. Saya menembak empat kali. Setelah tembakan keempat, motor nomor empat melintas, dan saya melihat pembonceng memegang pengemudi dan mengacungkan sajam ke arah saya," jelasnya.
Ketika ditanya apakah tindakannya sesuai dengan prosedur operasional standar (SOP) kepolisian, Robig berdalih bahwa ia telah melakukan tembakan peringatan dan memperkenalkan diri sebagai anggota Polri.
Jaksa juga menanyakan apakah Robig merasa bersalah setelah penembakan tersebut menyebabkan tewasnya Gamma. Setelah terdiam sejenak, Robig menjawab, "Kalau menyesal, saya menyesal karena tindakan dan keputusan saya menyebabkan adanya korban."
Robig mengklaim tidak mengetahui bahwa para pengendara motor tersebut masih anak-anak. Setelah penembakan, ia mengaku sempat melapor ke Polrestabes Semarang, kemudian kembali ke TKP karena belum mengetahui adanya korban. Ia sempat berpapasan dengan tiga orang yang mengendarai motor dan mengantarkan mereka ke rumah sakit setelah mengetahui ada yang terluka akibat tembakan.
"Saya keluar, ditanya 'kok ditembak?' saya jawab tadi bawa sajam. Saya bilang ke sekuriti, 'saya titip, saya mau lapor ke Polrestabes'," ujarnya.
Setelah melapor, Robig kembali ke rumah sakit bersama tim Reskrim. Dua teman Gamma diamankan dan dibawa ke TKP untuk mencari senjata tajam yang diklaim dibuang. Robig menduga bahwa rombongan motor tersebut hendak melakukan tindakan kekerasan atau begal.
Saat ikut mencari sajam, Robig mendapat kabar bahwa Gamma telah meninggal dunia di rumah sakit.