Menjelang kepulangan jemaah haji asal Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bangkalan memastikan tidak ada kebijakan karantina terkait Covid-19 bagi para jemaah yang tiba dari Tanah Suci.

Kepastian ini disampaikan oleh Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Bangkalan, Arief Rohman. Ia menyatakan bahwa hingga saat ini, pihaknya tidak menerima informasi mengenai adanya karantina dari Asrama Haji maupun Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.

"Dari asrama haji maupun Dinas Kesehatan (Dinkes) tidak ada info terkait karantina," ujarnya.

Lebih lanjut, Arief Rohman mengungkapkan bahwa sebagian besar jemaah haji mengalami gejala batuk dan pilek selama berada di Arab Saudi. Namun, ia menekankan bahwa gejala tersebut tidak tergolong serius dan masih dalam batas wajar.

"Kalau batuk pilek mayoritas mengalami itu saat haji, namun bukan sakit yang serius," katanya.

Senada dengan Arief Rohman, dr. Anita Oktavia, salah seorang dokter pendamping haji, membenarkan adanya keluhan batuk pilek di kalangan jemaah. Ia menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh perubahan cuaca yang cukup signifikan di Arab Saudi. Meskipun demikian, ia memastikan bahwa tidak ada jemaah yang mengalami gejala serius dan memerlukan perawatan intensif.

"Insya Allah tidak ada jemaah dengan gejala serius," ucapnya.

Menurut dr. Anita, para jemaah yang mengalami batuk pilek telah mendapatkan penanganan yang memadai dengan obat-obatan yang tersedia. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap dalam kondisi yang baik dan siap untuk kembali ke Tanah Air.

"Rata-rata memang batuk pilek. Namun, saat ini semuanya sudah siap untuk pulang ke tanah air dan seluruh koper besar sudah dikumpulkan," katanya.

Kloter 29 dan 30 jemaah haji asal Bangkalan dijadwalkan bertolak dari Jeddah pada 19 Juni dan diperkirakan tiba di Indonesia pada 20 Juni. Sementara itu, kloter 37 dijadwalkan berangkat pada 22 Juni dini hari dan tiba di hari yang sama pada sore hari.