Waspada Demam Berdarah Dengue: Ancaman Serius Bagi Kesehatan Anak Indonesia

Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi perhatian serius di Indonesia, terutama bagi kesehatan anak-anak. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini, memiliki dampak yang signifikan, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Indonesia sebagai negara beriklim tropis, menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan yang padat penduduk dan kurang sanitasi mempercepat perkembangbiakan nyamuk ini, meningkatkan risiko penularan DBD. Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci utama dalam melindungi kelompok rentan, terutama anak-anak.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat, dr. Anggraini Alam Sp.A., menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap DBD. Infeksi virus dengue dapat terjadi berulang kali, dan infeksi kedua cenderung lebih parah. Hal ini disebabkan oleh adanya empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) yang bersirkulasi di Indonesia. Seseorang yang pernah terinfeksi salah satu serotipe virus dengue, tidak akan kebal terhadap serotipe lainnya.

Strategi Nasional Penanggulangan Dengue menekankan pengendalian vektor (nyamuk) sebagai fokus utama. Hal ini melibatkan peningkatan partisipasi masyarakat dan kemampuan tenaga kesehatan dalam memberdayakan masyarakat melalui gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang) dan program 1 Rumah 1 Jumantik. Selain itu, penguatan sistem imun tubuh melalui intervensi inovasi juga menjadi penting, mengingat gigitan nyamuk dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.

DBD tidak hanya menyebabkan demam dan lemas, tetapi juga dapat memicu perdarahan hingga kematian pada kasus yang parah. Prof. Edi Hartoyo Sp.A., menjelaskan bahwa kasus dengue berat seringkali terkait dengan usia, dengan risiko yang lebih tinggi pada anak-anak yang lebih muda. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2021–2023 menunjukkan bahwa sebagian besar kasus DBD terjadi pada kelompok usia 5–44 tahun, dan hampir setengah dari angka kematian akibat DBD terjadi pada anak usia 5–14 tahun.

Sistem imun yang belum sempurna pada anak-anak yang lebih muda menjadi faktor risiko terjadinya dengue berat. Oleh karena itu, keluarga dan masyarakat perlu aktif melakukan pencegahan melalui 3M Plus, memberikan edukasi sejak dini, dan mempertimbangkan perlindungan tambahan seperti vaksinasi dengue. Vaksin dengue merupakan langkah penting untuk meningkatkan perlindungan terhadap virus dengue, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan untuk mendapatkan perlindungan yang optimal.

Masyarakat juga perlu memahami gejala klinis dan perkembangan penyakit DBD untuk mencegah keparahan dan risiko kematian. Gejala umum DBD meliputi demam, nyeri di belakang mata, nyeri tulang belakang, mual dan muntah, serta munculnya bintik merah pada kulit. Namun, bintik merah ini terkadang tidak muncul hingga tahap akhir penyakit, sehingga kewaspadaan terhadap gejala lain sangat penting.

Dengan memahami risiko dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan masyarakat dapat melindungi diri dan keluarga, terutama anak-anak, dari ancaman Demam Berdarah Dengue.