Inovasi Pertanian: Mengurangi Emisi Karbon dalam Sistem Penanaman Padi

Menuju Pertanian Padi Rendah Karbon: Inovasi dan Tantangan

Sistem pertanian padi, yang secara tradisional dikenal dengan konsumsi air yang tinggi dan kontribusinya terhadap emisi gas rumah kaca, kini menghadapi tuntutan baru untuk berperan aktif dalam mengatasi krisis iklim global. Di tengah meningkatnya kebutuhan pangan dunia dan dampak perubahan iklim yang semakin terasa, sektor pertanian padi dituntut untuk beradaptasi, menjadi lebih efisien, dan berkelanjutan.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari, menekankan bahwa perubahan iklim, degradasi sumber daya alam, dan tingginya permintaan pangan menjadikan riset pertanian semakin krusial. Sistem penanaman padi rendah emisi dianggap sebagai langkah mitigasi iklim yang menjanjikan.

Vietnam telah mengimplementasikan program satu juta hektar padi berkualitas tinggi dengan emisi rendah. Program ini mengintegrasikan database iklim, teknologi pertanian presisi, dan mekanisasi efisien untuk mengurangi emisi gas rumah kaca tanpa mengorbankan produktivitas. Salah satu teknik yang digunakan adalah alternate wetting and drying (AWD), sistem irigasi berselang yang mengurangi penggunaan air dan emisi. Pengelolaan pupuk juga ditingkatkan dengan pendekatan spesifik lokasi, menyesuaikan pemberian pupuk dengan kebutuhan lahan. Selain itu, pertanian sirkular diterapkan melalui pengelolaan jerami yang tidak dibakar.

IRRI juga mengembangkan aplikasi EasyFarm untuk memberikan informasi tanam, jadwal pemupukan, dan alat pertanian kepada petani. Model ini membuka peluang kolaborasi adaptif bagi Indonesia untuk transfer pengetahuan dan pengembangan sistem pertanian rendah karbon.

Ando M. Radanielson dari IRRI menyoroti bahwa sistem tanam padi tradisional, terutama perendaman sawah terus-menerus dan pembakaran jerami, berkontribusi besar terhadap emisi metana dan nitrogen dioksida. IRRI mengusung pendekatan seed, scale, sustain yang mencakup pengembangan teknologi, perluasan adopsi, dan jaminan keberlanjutan.

Teknologi yang dikembangkan meliputi AWD, pemupukan berbasis sensor, dan direct-seeded rice (DSR). Inovasi ini diperlukan untuk memastikan keberlanjutan sistem pertanian dan mendukung pencapaian target iklim global.

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, menambahkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan unik, termasuk konsumsi input yang tinggi, degradasi tanah, perubahan iklim, dan rendahnya efisiensi pascapanen. Biaya produksi beras di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata regional, meskipun pada tahun 2024 negara ini mengalami surplus beras sebesar empat juta ton.

Untuk meningkatkan daya saing, Indonesia perlu menerapkan pendekatan yang lebih adaptif terhadap iklim, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan ramah lingkungan. Fokus pada produktivitas saja tidak cukup; penting untuk memahami lingkungan dan mendorong pengembangan padi secara efisien dan ramah lingkungan.

Berikut adalah beberapa inovasi yang dapat diterapkan dalam sistem penanaman padi:

  • Penggunaan Varietas Unggul: Mengembangkan dan menggunakan varietas padi yang lebih efisien dalam penggunaan air dan pupuk, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
  • Pengelolaan Air yang Efisien: Menerapkan sistem irigasi yang lebih efisien seperti irigasi tetes atau irigasi bawah permukaan, serta memanfaatkan air hujan secara optimal.
  • Penggunaan Pupuk Organik: Menggantikan sebagian pupuk kimia dengan pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang, atau pupuk hijau untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
  • Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu: Menerapkan pendekatan pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) yang meminimalkan penggunaan pestisida kimia.
  • Pengolahan Tanah Konservasi: Menerapkan teknik pengolahan tanah konservasi seperti tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanah minimum (OTM) untuk mengurangi erosi tanah dan meningkatkan kandungan organik tanah.
  • Integrasi Tanaman dan Ternak: Mengintegrasikan tanaman padi dengan ternak untuk memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak dan pupuk organik.

Dengan menerapkan inovasi-inovasi ini, sistem penanaman padi dapat menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi petani dan masyarakat luas.

Upaya untuk menanam padi dengan cara yang lebih ramah iklim melibatkan perubahan pendekatan produksi pangan yang lebih adil bagi petani dan berkelanjutan bagi lingkungan.