Gejolak Global Ancam Ekonomi Nasional: Sri Mulyani Soroti Perang dan Kebijakan Fiskal AS

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan kekhawatiran mendalam mengenai meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk konflik geopolitik dan kebijakan fiskal negara maju. Dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Juni 2025, ia menyoroti potensi dampak signifikan dari perang antara Iran dan Israel, serta perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat dan China.

Konflik Iran-Israel, yang telah berlangsung selama beberapa hari terakhir, meskipun tidak secara langsung mempengaruhi ekonomi Indonesia, telah memicu kenaikan harga minyak dunia. Sri Mulyani mencatat bahwa harga minyak telah melonjak sekitar 8 hingga 9 persen, melampaui level 70 dollar AS per barrel. Kondisi ini, menurutnya, menciptakan risiko signifikan terhadap stabilitas ekonomi, mempengaruhi harga komoditas, nilai tukar, dan arus modal.

"Kita sedang dan akan terus menghadapi geopolitik yang semakin meruncing. Segala kejadian ini bisa langsung mempengaruhi secara signifikan terhadap kondisi ekonomi," ujarnya.

Selain itu, perang dagang antara AS dan China terus membayangi perekonomian global. Meskipun ada upaya negosiasi antara kedua negara, belum ada kesepakatan yang tercapai, menciptakan ketidakpastian yang signifikan. Sri Mulyani menyoroti tenggat waktu 90 hari yang semakin mendekat pada bulan Juli sebagai faktor yang menambah kecemasan.

Tidak hanya itu, kebijakan fiskal AS, yang dikenal sebagai "big and beautiful," juga menjadi perhatian. Kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan defisit anggaran AS secara signifikan, lebih dari 10 triliun dollar AS dalam 10 tahun terakhir. Hal ini menciptakan sentimen negatif terhadap kebijakan fiskal negara-negara maju, khususnya AS, dan berpotensi mempengaruhi imbal hasil (yield) suku bunga AS.

Kombinasi dari faktor-faktor ini, menurut Sri Mulyani, menciptakan ketidakpastian yang meluas dalam perdagangan global, harga dan pasokan komoditas, serta rantai pasok global. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat tahun ini, sementara inflasi diperkirakan akan meningkat.

"Semuanya menghasilkan dua risiko yang immediate. Risiko pertama adalah ketidakpastian harga yang cenderung naik. Namun di sisi lain, dari sisi perekonomian global akan cenderung melemah," pungkasnya. Ia menekankan pentingnya kewaspadaan dan mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah gejolak global yang semakin intensif.