Seskoad dan Pemkot Bandung Bersinergi Ciptakan Model Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Kota Bandung terus berupaya mengatasi permasalahan sampah dengan menggandeng berbagai pihak. Terbaru, sinergi apik terjalin antara Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dengan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) untuk mewujudkan kawasan bersih dan mandiri sampah.
Inisiatif ini diwujudkan melalui pengelolaan sampah terpadu di lingkungan Seskoad, Jalan Gatot Subroto, yang diharapkan menjadi percontohan bagi wilayah lain. Direktur Lembaga Seskoad, Brigjen TNI Masduki, menegaskan komitmen lembaganya untuk menciptakan lingkungan yang bersih, tertib, aman, dan sehat. Pengelolaan sampah terpadu menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan visi tersebut.
"Kami ingin lingkungan di Seskoad ini bersih, tertib, aman, dan sehat. Salah satu langkahnya adalah mengelola sampah secara terpadu, mulai dari pemilahan hingga pemanfaatan hasil olahan," ujar Masduki.
Serma Ifnu Dwi Cahyono, penanggung jawab teknis di lapangan, menjelaskan bahwa tim khusus yang terdiri dari enam personel bertugas mengelola sampah di kompleks Seskoad. Setiap hari, mereka mengumpulkan dan memilah sekitar 3 hingga 3,5 ton sampah dari berbagai sumber, termasuk rumah dinas dan hotel di sekitar kompleks. Proses pengelolaan sampah dilakukan secara komprehensif, meliputi:
- Pengolahan Sampah Organik: Sisa dapur dan dedaunan diolah menjadi kompos dan pupuk cair yang bermanfaat untuk pertanian.
- Pemanfaatan Sisa Makanan: Sisa makanan dimanfaatkan sebagai pakan ternak bebek, menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan.
- Pengolahan Sampah Residu: Sampah residu yang tidak dapat didaur ulang diolah melalui pembakaran terkontrol. Abunya kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan paving block.
Inovasi pengolahan sampah residu menjadi paving block menjadi salah satu poin menarik dalam program ini. Paving block yang dihasilkan telah melalui uji laboratorium dan terbukti memiliki daya tahan yang tinggi, mampu menahan beban hingga 30 ton. Selain itu, paving block ini dijual dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan harga pasar.
"Paving block hasil produksi kami dijual seharga Rp1.500 per buah, lebih murah dari harga pasar karena menggunakan bahan sendiri," kata Dwi Cahyono.
Keberhasilan inisiatif ini tidak lepas dari dukungan penuh Pemkot Bandung melalui Kelurahan Lingkar Selatan. Lurah Asep Achmad Arifin menjelaskan bahwa pihaknya telah menjalin kolaborasi erat dengan Seskoad sejak awal program. Dukungan yang diberikan meliputi penyediaan mesin pencacah sampah, kontainer sampah, hingga bibit ternak.
"Kami bantu dengan mesin pencacah, kontainer, hingga bibit ternak. Komplek ini sudah menjadi kawasan terintegrasi antara pengelolaan sampah, rumah kompos, dan ketahanan pangan," jelasnya.
Asep menambahkan, keberhasilan pengelolaan sampah membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Seskoad diharapkan menjadi contoh nyata implementasi program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) yang selama ini digalakkan oleh Pemkot Bandung. Dengan komitmen dan konsistensi, Asep optimis Kota Bandung dapat mencapai target sebagai kota zero waste.
"Kalau kita komit dan konsisten, insyaallah Bandung bisa menuju kota zero waste," pungkas Asep.