Tantangan Penyerapan Mitra Pengemudi: Grab Indonesia Ungkap Kompleksitas Model Kemitraan
Dilema Ketenagakerjaan: Mengupas Model Kemitraan Grab dan Aspirasi Driver Ojol
Diskursus mengenai status ketenagakerjaan mitra pengemudi ojek online (ojol) terus menjadi sorotan. Grab Indonesia, melalui Country Managing Director Neneng Goenadi, baru-baru ini menyampaikan pandangannya mengenai tantangan dalam menyerap seluruh mitra pengemudi menjadi karyawan tetap. Pernyataan ini memicu diskusi tentang model kemitraan yang berlaku saat ini dan implikasinya bagi para pengemudi.
Neneng Goenadi menjelaskan bahwa jika seluruh mitra pengemudi dialihkan menjadi karyawan tetap, perusahaan hanya mampu mengakomodasi sekitar 17% dari total mitra yang ada. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah hilangnya potensi pendapatan bagi sebagian besar pengemudi yang tidak terserap sebagai karyawan. Hal ini menjadi dilema tersendiri, mengingat fleksibilitas waktu kerja menjadi salah satu daya tarik utama profesi sebagai mitra pengemudi.
"Bayangkan jika hanya 17 persen yang bisa kami serap menjadi karyawan, lalu bagaimana dengan sisanya? Dari mana mereka akan mendapatkan penghasilan?" ujar Neneng dalam acara Media Briefing Rekrutmen Mitra Digital di Jakarta.
Neneng menggambarkan perbedaan mendasar antara menjadi karyawan tetap dengan menjadi mitra pengemudi. Karyawan tetap terikat dengan jam kerja yang terstruktur, umumnya dari pukul 08.00 hingga 17.00. Sementara itu, mitra pengemudi memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri jam kerja mereka, menyesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki. Fleksibilitas ini memungkinkan para pengemudi untuk mencari nafkah tambahan di sela-sela kesibukan lainnya.
Menteri UMKM Maman Abdurrahman sependapat bahwa profesi sebagai mitra pengemudi ojol idealnya bersifat sementara dan bukan menjadi pekerjaan utama. Ia berharap kemitraan dengan platform seperti Grab dapat menjadi jembatan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan sambil mencari peluang karir yang lebih baik.
"Di Grab, ini adalah profesi sementara, sebuah proses untuk mencapai posisi yang lebih baik. Menjadi pengemudi adalah upaya untuk mendapatkan insentif tambahan dari profesi lain," kata Maman.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya melihat kemitraan dengan platform ojol sebagai peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, sambil terus berupaya meningkatkan keterampilan dan mencari peluang kerja yang lebih stabil. Diskusi mengenai status ketenagakerjaan mitra pengemudi ojol perlu terus dilakukan secara konstruktif, dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk fleksibilitas, kesejahteraan, dan keberlanjutan mata pencaharian para pengemudi.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Model kemitraan Grab memberikan fleksibilitas waktu kerja bagi mitra pengemudi.
- Penyerapan seluruh mitra menjadi karyawan tetap akan berdampak pada hilangnya potensi pendapatan bagi sebagian besar pengemudi.
- Pemerintah mendorong agar profesi sebagai mitra pengemudi ojol menjadi pekerjaan sampingan, bukan pekerjaan utama.
- Perlu adanya upaya peningkatan keterampilan dan pencarian peluang kerja yang lebih stabil bagi para mitra pengemudi.