Trump Beri Peringatan Keras Iran: Opsi Militer Tetap di Meja, Namun Pembunuhan Khamenei 'Belum' Jadi Prioritas
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan pernyataan kontroversial terkait Iran. Melalui platform media sosialnya, Truth Social, Trump menegaskan bahwa opsi militer terhadap Iran tetap dipertimbangkan, namun untuk saat ini, membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bukanlah prioritas utama. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan regional, terutama setelah serangkaian insiden yang melibatkan Iran dan sekutunya.
Trump mengklaim memiliki informasi detail mengenai keberadaan Khamenei, bahkan menyebutnya sebagai "sasaran empuk". Namun, ia menegaskan bahwa untuk saat ini, AS tidak akan mengambil tindakan yang mengarah pada pembunuhan Khamenei.
"Kami tahu persis di mana yang disebut 'Pemimpin Tertinggi' itu bersembunyi. Ia adalah sasaran empuk, tetapi aman di sana -- Kami tidak akan menghabisinya (membunuhnya!), setidaknya tidak untuk saat ini," tulis Trump.
Selain memberikan ancaman terselubung, Trump juga memperingatkan Iran agar tidak melakukan serangan lebih lanjut terhadap kepentingan AS atau sekutunya. Ia mendesak Iran untuk segera bernegosiasi dengan Washington dan mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya. Trump mengisyaratkan bahwa kesabaran AS terhadap provokasi Iran semakin menipis.
"Tetapi kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil, atau tentara Amerika. Kesabaran kami menipis. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!" kata Trump, yang kemudian mengunggah pesan singkat berisi tuntutan agar Iran menyerah tanpa syarat.
Sebelumnya, Trump telah berulang kali menyerukan agar Iran kembali ke meja perundingan dan menandatangani kesepakatan nuklir yang baru. Ia meyakini bahwa Iran akan menyadari pentingnya kesepakatan tersebut dan akan menyetujuinya sebelum Israel melancarkan serangan yang lebih besar. Trump bahkan menyebut bahwa Iran akan bertindak bodoh jika menolak kesempatan untuk bernegosiasi.
Retorika keras Trump terhadap Iran bukanlah hal baru. Selama masa jabatannya sebagai presiden, ia telah menerapkan kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran, termasuk menarik AS dari kesepakatan nuklir JCPOA dan menjatuhkan sanksi ekonomi yang berat. Kebijakan ini bertujuan untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan dan menerima pembatasan yang lebih ketat terhadap program nuklirnya.
Meskipun Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden, pengaruhnya dalam kebijakan luar negeri AS, khususnya terkait Iran, masih terasa kuat. Pernyataan-pernyataannya terus memicu perdebatan dan spekulasi mengenai kemungkinan tindakan AS terhadap Iran di masa depan. Peringatan-peringatan yang dilontarkannya menggarisbawahi ketidakpastian dan potensi eskalasi lebih lanjut di kawasan Timur Tengah. Masa depan hubungan AS-Iran tetap menjadi isu yang kompleks dan krusial, yang berpotensi mempengaruhi stabilitas regional dan global.
- Ancaman Trump terhadap Iran berlanjut, dengan opsi militer tetap terbuka.
- Pembunuhan Khamenei bukan prioritas utama "untuk saat ini", menurut Trump.
- Trump mendesak Iran untuk bernegosiasi dan mencapai kesepakatan nuklir.
- Trump mengklaim mengetahui keberadaan Khamenei dan menyebutnya sebagai "sasaran empuk".
- Trump memperingatkan Iran agar tidak melakukan serangan lebih lanjut terhadap kepentingan AS.