Ketegangan Geopolitik Global Meningkat: AS-China Berupaya Redam Perang Dagang, Konflik Israel-Iran Memanas

Dinamika Geopolitik Global: Antara Peredaan Ketegangan Dagang AS-China dan Eskalasi Konflik Israel-Iran

Lanskap geopolitik global saat ini diwarnai oleh dua dinamika utama yang saling bertentangan: upaya peredaan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta meningkatnya konflik antara Israel dan Iran. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti bahwa inisiatif negosiasi antara AS dan China telah memberikan sedikit harapan dalam meredakan perang dagang yang telah berlangsung lama. Meskipun belum mencapai kesepakatan final, langkah ini dipandang sebagai upaya positif untuk mengurangi ketidakpastian ekonomi global.

Namun, di tengah upaya peredaan tersebut, muncul kekhawatiran baru akibat eskalasi konflik antara Israel dan Iran. Dalam beberapa hari terakhir, ketegangan antara kedua negara meningkat secara signifikan, memberikan tekanan baru pada perekonomian global. Dampak langsung dari konflik ini terlihat pada harga minyak dunia, di mana harga minyak mentah Brent melonjak hampir 9% dan mencapai US$ 78 per barel. Kenaikan harga minyak ini menjadi indikasi awal dari potensi dampak destabilisasi konflik terhadap pasar energi dan perekonomian global secara keseluruhan.

Sri Mulyani menekankan bahwa situasi geopolitik yang memburuk ini secara langsung mempengaruhi kondisi perekonomian melalui berbagai saluran, termasuk harga komoditas, nilai tukar, suku bunga, dan aliran modal. Kombinasi dari ketidakpastian geopolitik dan kebijakan fiskal yang ekspansif di negara-negara maju, seperti rencana penerapan kebijakan fiskal di AS yang berpotensi meningkatkan defisit APBN secara signifikan, dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi global.

Konsekuensi dari ketidakpastian ini adalah potensi disrupsi pada rantai pasok dan peningkatan volatilitas harga komoditas. Kenaikan harga-harga, seperti harga minyak, dapat memicu inflasi, sementara ketidakpastian ekonomi dapat memperlambat pertumbuhan global. Kombinasi inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat merupakan tantangan yang signifikan bagi para pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Selain itu, kondisi geopolitik yang tidak stabil juga dapat mempengaruhi nilai tukar dan suku bunga global, serta memberikan tekanan pada sektor manufaktur. Hal ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur global yang berada di bawah 50, yang mengindikasikan kontraksi dalam aktivitas manufaktur global. Lebih dari 70% negara yang disurvei menunjukkan kontraksi dalam sektor manufaktur mereka, termasuk Indonesia dengan angka PMI manufaktur sebesar 47,4.

Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Ketegangan AS-China: Upaya negosiasi untuk meredakan perang dagang memberikan harapan, tetapi kesepakatan final masih belum tercapai.
  • Konflik Israel-Iran: Eskalasi konflik memberikan tekanan baru pada perekonomian global, terutama melalui kenaikan harga minyak.
  • Dampak Ekonomi: Ketidakpastian geopolitik dapat memicu inflasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan mengganggu rantai pasok.
  • Sektor Manufaktur: Aktivitas manufaktur global mengalami kontraksi, yang mengindikasikan tekanan pada perekonomian.

Dalam menghadapi tantangan geopolitik yang kompleks ini, para pembuat kebijakan perlu mengambil langkah-langkah yang hati-hati dan terkoordinasi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengurangi dampak negatif dari ketidakpastian global.