Banjir Bojong Kulur: Evakuasi Terhambat, Warga Bertahan Demi Harta Benda
Banjir Bojong Kulur: Evakuasi Terhambat, Warga Bertahan Demi Harta Benda
Banjir yang melanda Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, mengakibatkan ribuan keluarga terdampak. Meskipun upaya evakuasi terus dilakukan oleh tim SAR gabungan, sejumlah warga masih bertahan di rumah mereka yang terendam banjir, menimbulkan tantangan tersendiri bagi petugas penyelamat. Wakil Bupati Bogor, Ade Ruhandi, atau yang akrab disapa Jaro Ade, mengungkapkan alasan di balik keengganan warga untuk meninggalkan rumah mereka.
"Banyak warga yang memilih bertahan karena enggan meninggalkan harta benda mereka," jelas Jaro Ade saat meninjau lokasi bencana pada Selasa (4/3/2025). Kondisi ini menyulitkan proses evakuasi, membutuhkan pendekatan persuasif dan bantuan tambahan untuk memastikan keselamatan seluruh warga terdampak. Tim SAR terus berupaya membujuk warga untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman, sembari memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Salah satu kebutuhan mendesak warga yang bertahan adalah makanan. "Mereka yang bertahan di rumah membutuhkan makanan. Beberapa warga juga meminta bantuan untuk dievakuasi ke lokasi tertentu," tambah Jaro Ade. Kondisi ini menggambarkan kesulitan yang dihadapi dalam mengelola evakuasi di tengah bencana, di mana faktor emosional dan material turut mempengaruhi keputusan warga. Pihak berwenang mengapresiasi warga yang telah bersedia dievakuasi dan berharap sisanya dapat segera mengikuti serta dibantu evakuasi secepatnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 4.792 Kartu Keluarga (KK) di Desa Bojong Kulur terdampak banjir. Jaro Ade menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar warga, termasuk balita, anak-anak, dan lansia, telah berhasil dievakuasi, masih terdapat sejumlah warga yang belum dapat dijangkau. Tinggi muka air di permukiman tersebut pun bervariasi, berkisar antara 1,5 meter hingga 3 meter, tergantung topografi wilayah.
"Kedalaman air tidak merata. Ada yang 1,5 meter, 2 meter, bahkan ada yang mencapai 3 meter karena ada gorong-gorong dan perbedaan ketinggian tanah," ungkap Jaro Ade. Kondisi ini mempersulit akses dan operasi evakuasi, membutuhkan strategi yang tepat dan terkoordinasi dengan baik.
Proses evakuasi yang terhambat ini menyoroti pentingnya antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Selain upaya evakuasi, pemerintah daerah juga perlu memikirkan strategi jangka panjang untuk mengurangi risiko dan dampak banjir di wilayah tersebut. Perlu adanya koordinasi yang lebih baik lagi antara pemerintah daerah, tim SAR, dan relawan agar proses evakuasi bisa lebih efektif dan efisien. Perhatian khusus juga perlu diberikan pada kebutuhan psikologis warga yang telah kehilangan harta benda dan tempat tinggal mereka akibat banjir.