Menelusuri Jejak Sejarah di Balik Nama Jalan Matraman dan Hek Jakarta Timur

Jakarta Timur menyimpan sejarah panjang yang terukir dalam nama-nama jalannya. Dua nama jalan yang cukup familiar, Matraman dan Hek, ternyata memiliki asal-usul yang menarik dan berkaitan erat dengan peristiwa serta kehidupan masa lalu di Batavia.

Matraman: Antara Pasukan Mataram dan Tuan Tanah Belanda

Nama Matraman diperkirakan terkait erat dengan ekspedisi militer Kesultanan Mataram ke Batavia pada abad ke-17. Saat berusaha merebut Batavia dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), pasukan Mataram yang terdiri dari berbagai laskar dari Ukur (Bandung) dan Sumedang disinyalir mendirikan benteng pertahanan di wilayah tersebut.

Walau tidak ada catatan pasti, kuat dugaan bahwa wilayah Matraman merupakan salah satu titik penting dalam strategi darat pasukan Mataram. Bahkan, menurut F. de Haan (1935), wilayah itu kemudian diberikan kepada orang-orang Jawa dari Mataram setelah penandatanganan perjanjian antara Mataram dan VOC pada 28 Februari 1677.

Namun, ada pula pandangan berbeda dari Prof. Dr. Djoko Soekiman dalam disertasinya yang diterbitkan sebagai buku Kebudayaan Indis (2000). Ia menyebut bahwa Matraman adalah tempat tinggal seorang tokoh bernama "Tuan Matterman", meskipun tanpa penjelasan lebih lanjut tentang tokoh tersebut. Dugaan lain dikemukakan oleh Mohammad Sulhi dalam Majalah Intisari (Juni 2002), yang mengaitkan nama Matraman dengan pengikut Pangeran Diponegoro. Akan tetapi, dugaan ini dianggap kurang kuat karena nama Matraman sudah tercatat sejak tahun 1789 sebagai milik seorang tuan tanah bernama David Johannes Smith.

Berikut adalah beberapa teori asal usul nama Matraman:

  • Ekspedisi Militer Mataram: Nama ini terkait dengan pendirian benteng pertahanan oleh pasukan Mataram saat menyerang Batavia.
  • Pemberian Lahan: Wilayah ini diberikan kepada orang-orang Jawa dari Mataram setelah perjanjian dengan VOC.
  • Tokoh Bernama Tuan Matterman: Merujuk pada tempat tinggal seorang tokoh bernama Tuan Matterman.
  • Pengikut Pangeran Diponegoro: Dikaitkan dengan keberadaan pengikut Pangeran Diponegoro di wilayah tersebut.

Jalan Hek: Pintu Pagar Peternakan di Tanah Partikelir

Berbeda dengan Matraman yang memiliki berbagai spekulasi sejarah, asal-usul nama Jalan Hek cenderung lebih jelas. Nama "Hek" berasal dari bahasa Belanda yang berarti pagar atau pintu pagar. Kata ini tercantum dalam Kamus Umum Bahasa Belanda-Indonesia (Wojowasito, 1978) dan Verklarend Handwoordenboek der Nederlandse Taal (Koenen-Endepols, 1966).

Menurut penuturan warga setempat, dahulu terdapat sebuah pintu pagar besar berbahan kayu bulat dan berengsel besi, yang berfungsi sebagai akses keluar-masuk ke kompleks peternakan sapi. Kompleks peternakan ini kini telah berubah menjadi Kantor Polisi Resor Kramat Jati dan kompleks pemadam kebakaran.

Kompleks peternakan tersebut dulunya merupakan bagian dari Tanah Partikelir Tanjung Timur dan dikenal sebagai borderij—kompleks peternakan susu yang memasok kebutuhan orang-orang Belanda di Batavia sebelum Perang Dunia II.

Dengan demikian, nama Jalan Hek adalah pengingat akan keberadaan sebuah pintu pagar besar yang menjadi akses utama ke kompleks peternakan sapi di masa lampau.

Asal-usul nama Matraman dan Hek adalah bukti bahwa nama-nama jalan di Jakarta bukan sekadar penanda lokasi. Lebih dari itu, nama-nama jalan itu menyimpan narasi sejarah mengenai dinamika kekuasaan, kolonialisme, dan kehidupan masyarakat di masa lalu. Menelusuri jejak sejarah di balik nama-nama jalan adalah cara untuk memahami lebih dalam tentang Jakarta dan perjalanan panjangnya.