Eksplorasi Migas Bergeser ke Dominasi Gas: Indonesia Dorong Transisi Energi

Eksplorasi Migas Bergeser ke Dominasi Gas: Indonesia Dorong Transisi Energi

Temuan cadangan migas dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan pergeseran signifikan ke arah dominasi gas bumi, demikian disampaikan Sekretaris SKK Migas, Luky Yusgiantoro. Hal ini, menurutnya, berpotensi mengubah paradigma produksi migas di Indonesia dan menjadi pendorong utama transisi energi nasional. Pernyataan ini disampaikan Luky dalam acara Energi Forum: Kesiapan Indonesia Menuju Swasembada Energi yang diselenggarakan oleh detikcom berkolaborasi dengan Komisi XII DPR, serta didukung oleh SKK Migas, PT Pertamina Hulu Energi, dan ANTAM di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (11/3/2025).

Luky menjelaskan bahwa kebutuhan gas bumi saat ini tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan energi, tetapi juga sebagai bahan baku penting dalam sektor ketahanan pangan. “Gas bumi memiliki fungsi ganda; sebagai bahan baku (feedstock) dan sumber energi,” ujar Luky. Ia menambahkan bahwa hal ini menjadikan gas bumi sebagai jembatan penting dalam transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Meskipun saat ini SKK Migas masih dalam tahap eksplorasi sumur cadangan migas lainnya, tren peningkatan temuan cadangan gas bumi dalam beberapa tahun terakhir sangat menonjol. “Untuk tahun ini, beberapa eksplorasi sumur sedang kami upayakan, namun tren beberapa tahun terakhir menunjukkan dominasi temuan cadangan gas,” jelasnya. SKK Migas pun berharap agar paradigma baru ini dapat diimplementasikan dengan fokus pengembangan sektor gas bumi.

Namun, proses eksplorasi dan produksi migas, khususnya pengeboran sumur, membutuhkan koordinasi yang intensif dengan berbagai kementerian terkait untuk memenuhi berbagai perizinan yang diperlukan. “Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah, termasuk dukungan dari Komisi XII DPR untuk melakukan koordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan kementerian lainnya, guna mencapai target produksi migas yang telah ditetapkan,” ungkap Luky. Hal ini penting mengingat banyaknya regulasi dan izin yang harus dipenuhi sebelum memulai kegiatan eksplorasi dan produksi.

Lebih lanjut, Luky juga menyoroti daya tarik investasi di sektor hulu migas Indonesia. Indonesia berhasil meraih skor 5.35 dalam pemeringkatan investor attractiveness S&P Global Rating, meningkat dari skor 5.30 pada periode yang sama tahun 2024. Minyak dan gas bumi masih menjadi primadona investasi di sektor ini, mengingat 37% kebutuhan energi Indonesia masih bergantung pada komoditas tersebut. “Keberhasilan ini penting untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden,” tutup Luky, menekankan pentingnya peran migas dalam pembangunan nasional.

Proses perizinan yang kompleks dan koordinasi antar kementerian menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan sektor migas. Namun, dengan fokus pada pengembangan gas bumi sebagai pendorong transisi energi dan daya tarik investasi yang tinggi, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai target produksi dan swasembada energi di masa mendatang. Keberhasilan ini memerlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, SKK Migas, dan para investor dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan efisien.