IHSG Terkoreksi Tipis, Rupiah Tertekan Sentimen Global dan Domestik
markdown Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini dengan catatan koreksi, sementara nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menunjukkan pelemahan di pasar spot. Pergerakan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Performa IHSG dan Analisis Teknikal
Pada awal sesi perdagangan, IHSG tercatat berada di level 7.147, mengalami penurunan sebesar 8,82 poin atau 0,12 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di 7.155,85. Para analis memberikan proyeksi dan analisis teknikal terkait pergerakan IHSG ini.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyoroti kekhawatiran di kalangan masyarakat Amerika Serikat terkait kebijakan tarif yang mungkin diterapkan oleh Donald Trump. Selain itu, masalah keuangan pribadi yang dihadapi masyarakat AS juga menjadi perhatian, karena dapat menekan daya beli dan konsumsi. Hal ini tercermin dari data US Retail Sales Advance bulanan (mom) yang kembali mengalami penurunan, dari -0,1 persen menjadi -0,9 persen, menandai penurunan kedua berturut-turut.
Dari dalam negeri, pasar menantikan keputusan Bank Indonesia (BI) terkait tingkat suku bunga, dengan proyeksi menunjukkan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga di level 5,5 persen pada pertemuan hari ini. Secara teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi mengalami pelemahan terbatas dengan level support di 7.120 dan resistance di 7.330.
Sementara itu, Ivan Rosanova, analis Binaartha Sekuritas, berpendapat bahwa IHSG berpotensi mengakhiri fase koreksi jika tetap berada di atas level 7.101, yang merupakan target Fibonacci projection 200 persen dari struktur koreksi pertama. Ivan Rosanova juga memberikan level support IHSG berada di 7.083, 6.994, 6.929, dan 6.811, sementara level resistennya di 7.225, 7.261, 7.345, dan 7.444. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bearish.
Kondisi Bursa Regional
Bursa saham di kawasan Asia menunjukkan beragam pergerakan. Strait Times turun 0,44 persen (17,15 poin) di level 3.913,47, Shanghai Composite turun 0,016 persen (5,57 poin) di level 3.381,82, Nikkei naik 0,49 persen (188,40 poin) di level 38.725,10, dan Hang Seng turun 1,00 persen (240,65 poin) di level 23.739,65.
Pelemahan Rupiah dan Sentimen Pasar
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot pagi ini menunjukkan pelemahan. Data Bloomberg mencatat Rupiah berada pada level Rp 16.309,5 per Dolar AS pada pukul 09.08 WIB, melemah 20 poin atau 0,12 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.289,5 per Dolar AS.
Ariston Tjendra, Pengamat Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa indeks Dolar AS bergerak lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya, mencapai level 98,77 dibandingkan 98,20. Hal ini dipicu oleh konflik yang belum mereda antara Iran dan Israel, serta intervensi AS dalam membantu Israel.
Namun, pasar juga menantikan hasil rapat moneter The Fed, yang diharapkan dapat memberikan sinyal yang lebih dovish atau mendukung pelonggaran moneter di masa depan. Ariston menjelaskan bahwa ekonomi AS sedang mengalami tekanan, sehingga pelaku pasar mengharapkan The Fed mengambil langkah-langkah yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Jika hal ini terjadi, Dolar AS justru dapat tertekan.
Dengan demikian, Ariston memperkirakan bahwa Dolar AS tidak akan bergerak terlalu kuat terhadap Rupiah hari ini, karena sentimen The Fed yang kuat dapat menahan penguatan Dolar AS. Ia memproyeksikan potensi pelemahan Rupiah ke arah 16.300, dengan level support di kisaran 16.250.