Infrastruktur Parung Panjang Terabaikan di Tengah Gemerlap Pembangunan Jakarta dan Tangerang, Dedi Mulyadi Angkat Bicara
Parung Panjang, sebuah wilayah yang menjadi urat nadi pembangunan bagi Jakarta dan Tangerang, kini tengah menghadapiIroni pembangunan. Di balik megahnya gedung-gedung pencakar langit dan perumahan mewah di kedua kota metropolitan tersebut, tersembunyi realita pahit yang dialami oleh masyarakat Parung Panjang. Setiap hari, mereka harus bergulat dengan debu tebal, jalanan berlubang, dan lalu lintas truk-truk pengangkut material yang tak henti-hentinya melintas.
Dalam forum kerjasama antar daerah, Dedi Mulyadi, mantan Gubernur Jawa Barat, menyuarakan keprihatinannya atas kondisi infrastruktur yang memprihatinkan di Parung Panjang. Menurutnya, wilayah ini telah lama menjadi pemasok utama bahan baku konstruksi, seperti pasir, batu, dan tanah urug, untuk berbagai proyek properti raksasa di Jakarta dan Tangerang. Namun, kontribusi besar ini tidak sebanding dengan perhatian yang diberikan terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Ia menyampaikan bahwa kerusakan infrastruktur di Parung Panjang sudah sangat parah, dan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk memulihkannya. Dedi Mulyadi juga menyoroti dampak negatif dari kerusakan lingkungan dan polusi udara terhadap kesehatan masyarakat Parung Panjang, terutama peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Kerusakan infrastruktur yang terjadi di Parung Panjang bukan hanya sekadar masalah fisik, tetapi juga mencerminkan ketidakadilan pembangunan. Sementara Jakarta dan Tangerang menikmati pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan pajak daerah berkat sektor properti, Parung Panjang justru harus menanggung beban kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dedi Mulyadi menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak mungkin menanggung sendiri biaya pemulihan infrastruktur Parung Panjang yang mencapai Rp 1,2 triliun. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Banten turut bertanggung jawab dalam upaya perbaikan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Parung Panjang. Ia berpendapat bahwa kontribusi Parung Panjang terhadap pembangunan Jakarta dan Tangerang seharusnya diimbangi dengan perhatian dan investasi yang setimpal.
Usulan Dedi Mulyadi ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk para kepala daerah yang hadir dalam forum tersebut. Mereka sepakat bahwa pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan harus memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah penyangga seperti Parung Panjang. Diharapkan, dengan adanya kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, kondisi infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat Parung Panjang dapat segera ditingkatkan, sehingga wilayah ini tidak lagi menjadi "korban" pembangunan Jakarta dan Tangerang. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan kemakmuran di satu wilayah tidak seharusnya menyebabkan penderitaan di wilayah lain yang menjadi bagian dari rantai pasokan. Menurutnya, perlu ada upaya pemulihan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mengatasi ketimpangan pembangunan yang terjadi.
Berikut adalah beberapa poin penting yang disampaikan oleh Dedi Mulyadi:
- Kerusakan infrastruktur di Parung Panjang sangat parah dan membutuhkan anggaran besar untuk pemulihannya.
- Masyarakat Parung Panjang menderita akibat polusi udara dan peningkatan kasus ISPA.
- Jakarta dan Tangerang harus turut bertanggung jawab dalam upaya perbaikan infrastruktur Parung Panjang.
- Pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan harus memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah.