Distribusi Bahan Mentah Program Gizi di Tangsel Tuai Penjelasan

Polemik pembagian menu makanan bergizi (MBG) dalam bentuk bahan mentah oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) di Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), akhirnya mendapatkan klarifikasi. Pihak SPPG Yasmit Ciputat Timur mengakui praktik tersebut, namun memberikan penjelasan terkait alasan di baliknya.

Kepala SPPG Yasmit Ciputat Timur, A Basiro, mengungkapkan bahwa pembagian bahan mentah dilakukan karena menyesuaikan dengan kondisi kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang tidak berlangsung normal. Menurutnya, saat siswa menjalani libur sekolah, class meeting, atau ujian, pembagian makanan dalam bentuk siap santap menjadi kurang efektif. "Terkait menu MBG di SPPG Kota Tangerang Selatan-Cempaka Putih yang viral, beras diberikan dalam bentuk mentah agar dapat dibawa pulang dan disimpan lebih lama," jelas Basiro.

Basiro menegaskan bahwa arahan dari pusat adalah untuk tetap menyalurkan paket MBG, terlepas dari ada atau tidaknya kegiatan belajar mengajar reguler. Ia mencontohkan pelaksanaan program selama bulan Ramadan, di mana masing-masing Kepala SPPG dan ahli gizi diberikan keleluasaan untuk berkreasi dalam penyajiannya. Hal ini menunjukkan adanya fleksibilitas dalam pelaksanaan program, dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan kondisi di lapangan.

Lebih lanjut, Basiro menekankan komitmen SPPG Yasmit untuk menghindari makanan kemasan dalam program MBG. Alasan di balik kebijakan ini adalah untuk mengurangi paparan siswa terhadap bahan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan, serta meminimalisir konsumsi ultra-processed food. Pihaknya lebih memilih untuk memberikan real food yang dianggap lebih sehat dan alami.

"Beras diberikan mentah agar bisa dimasak sendiri di rumah sesuai kebutuhan. Sedangkan lauk pauk sudah disiapkan dalam kondisi matang," terang Basiro. Selain itu, SPPG Yasmit juga menghindari penggunaan makanan beku karena khawatir siswa lupa memberikan makanan tersebut kepada orang tua, yang berpotensi menyebabkan makanan basi dan tidak layak konsumsi.

Basiro juga menyinggung kendala teknis dalam pendistribusian MBG selama masa libur sekolah. "Mengingat sekolah sudah libur, class meeting pulang awal. Guru-guru pun tidak menyanggupi, hingga wali murid yang mewakili anaknya mengambil ke sekolah," ungkapnya. Hal ini menunjukkan adanya upaya dari pihak sekolah dan wali murid untuk tetap memastikan program MBG berjalan lancar, meskipun di tengah keterbatasan.

Sebelumnya, viral di media sosial unggahan yang memperlihatkan paket MBG di Tangerang Selatan dalam bentuk bahan mentah. Paket tersebut berisi buah-buahan seperti jeruk dan pisang, serta beberapa kantong plastik yang diduga berisi beras, ikan asin, telur puyuh, dan kacang tanah. Hal ini memicu perdebatan di kalangan warganet mengenai efektivitas dan kelayakan pembagian MBG dalam bentuk bahan mentah.

Kontroversi ini menyoroti pentingnya sosialisasi yang lebih baik mengenai tujuan dan mekanisme program MBG kepada masyarakat. Selain itu, perlu adanya evaluasi terhadap metode pendistribusian MBG, terutama saat kegiatan belajar mengajar tidak berlangsung normal, untuk memastikan program tersebut benar-benar memberikan manfaat optimal bagi siswa.