Upaya Israel Menggantungkan Harapan pada AS dalam Menghancurkan Fasilitas Nuklir Iran

Israel Berharap AS Terlibat dalam Konflik Iran Demi Hancurkan Fasilitas Nuklir

Serangan yang dilancarkan Israel terhadap Iran, dengan target utama menghancurkan kemampuan nuklir negara tersebut, khususnya fasilitas Fordow yang tersembunyi di bawah tanah, mengungkap keterbatasan militer Israel. Mantan kepala dinas intelijen MI6, Sir John Sawers, menyatakan bahwa Israel tidak memiliki kapasitas untuk menghancurkan target yang berada jauh di bawah permukaan tanah. Satu-satunya senjata yang diyakini mampu menembus pertahanan Fordow adalah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang hanya dimiliki oleh Amerika Serikat.

Menurut Sawers, strategi Israel adalah untuk menyeret Amerika Serikat ke dalam konflik, dengan harapan senjata AS dapat digunakan untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran. MOP, dengan berat 13.600 kg, dijuluki "penghancur bunker" karena kemampuannya menembus hingga 61 meter di bawah permukaan tanah. Bom ini, yang diproduksi oleh Boeing, belum pernah digunakan dalam pertempuran tetapi telah diuji di White Sands Missile Range. MOP lebih kuat dari Massive Ordnance Air Blast (MOAB), yang digunakan di Afghanistan pada tahun 2017. Angkatan Udara AS telah merancang MOP dengan muatan peledak dalam wadah logam yang sangat keras.

Saat ini, hanya pesawat pengebom siluman B-2 Spirit milik AS yang dapat mengangkut MOP. Pesawat ini dapat membawa muatan hingga 18.000 kg, dan bahkan telah diuji dengan membawa dua penghancur bunker GBU-57A/B dengan berat total sekitar 27.200 kg. B-2 memiliki jangkauan sekitar 11.000 kilometer tanpa pengisian bahan bakar, dan hingga 18.500 kilometer dengan satu kali pengisian bahan bakar di udara.

Profesor Paul Rogers dari Universitas Bradford, UK, mengatakan bahwa jika MOP digunakan melawan musuh dengan pertahanan udara modern seperti Iran, pesawat pengebom B-2 kemungkinan akan didampingi oleh pesawat lain, seperti pesawat serang siluman F-22 dan pesawat tanpa awak. Ia memperkirakan AS memiliki bom MOP dalam jumlah terbatas, mungkin hanya sekitar 10 hingga 20 bom.

Fasilitas Fordow, yang dibangun di lereng gunung dekat Kota Qom, sekitar 95 kilometer di sebelah barat daya Teheran, dilaporkan dilindungi oleh sistem rudal permukaan-ke-udara buatan Iran dan Rusia. Pada Maret 2023, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga kemurnian 83,7% di lokasi tersebut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa tujuan menyerang Iran adalah untuk menghilangkan program rudal dan nuklirnya. Pejabat Israel mengatakan bahwa Fordow merupakan bagian dari tujuan tersebut. Namun, Israel tidak memiliki kemampuan untuk menjatuhkan bom MOP, dan AS tidak akan mengizinkan penggunaannya tanpa terlibat langsung.

Profesor Rogers menambahkan bahwa keterlibatan AS bergantung pada kemauan Presiden AS untuk membantu Israel. Dalam pertemuan G7 di Kanada, Trump menolak untuk membahas apa yang diperlukan agar Washington terlibat secara militer.

Iran selalu mengatakan bahwa program nuklirnya bersifat damai dan tidak pernah berusaha mengembangkan senjata nuklir. Namun pekan lalu dewan gubernur IAEA secara resmi menyatakan Iran melanggar kewajiban nonproliferasinya untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.

Profesor Rogers mengatakan bahwa ia yakin sangat tidak mungkin Israel berhasil merusak fasilitas nuklir Iran yang berada jauh di dalam tanah tanpa bantuan AS. Kelsey Davenport dari Arms Control Association mengatakan bahwa selama Fordow tetap beroperasi, Iran masih menimbulkan risiko proliferasi jangka pendek. Namun, meskipun MOP digunakan, keberhasilan menghancurkan fasilitas nuklir Fordow tidak dijamin.

Profesor Rogers menyimpulkan bahwa MOP punya peluang terbaik untuk merusak kemampuan nuklir Iran yang berada jauh di bawah tanah ketimbang senjata lain yang ada saat ini.