Pengetatan Anggaran Bukan Hanya Isu Indonesia, Amerika Serikat Juga Menempuh Jalur Serupa
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa inisiatif efisiensi anggaran yang tengah digencarkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bukanlah fenomena eksklusif di Indonesia. Negara adidaya seperti Amerika Serikat pun mengambil langkah serupa dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, di bawah sorotan para tokoh seperti Elon Musk, sedang berupaya keras melakukan pemangkasan anggaran. Upaya ini didorong oleh kesadaran mendalam akan perlunya efisiensi di tengah potensi pemborosan yang dapat menggerogoti stabilitas fiskal negara.
"Amerika Serikat juga melakukan efisiensi anggaran karena mereka sadar bahwa efisiensi anggaran sangat dibutuhkan karena memang banyak pemborosan," ujar Febrio dalam sebuah forum ekonomi di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Febrio menekankan bahwa kelanjutan pemborosan anggaran akan berdampak serius pada perekonomian Amerika Serikat. Kepercayaan pasar terhadap kredibilitas fiskal negara tersebut pun terancam, tercermin dari tingkat suku bunga yang masih tinggi.
"Jika pemborosan terus berlanjut, pasar akan meragukan kredibilitas fiskal Amerika Serikat. Akibatnya, suku bunga akan tetap tinggi," jelasnya.
Lebih lanjut, Febrio menjelaskan bahwa efisiensi anggaran bukan sekadar memotong alokasi dana secara membabi buta. Esensi dari efisiensi adalah mengalihkan anggaran ke program-program yang lebih produktif dan memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
APBN 2025 telah menetapkan alokasi sebesar Rp 3.621 triliun, dengan target efisiensi sebesar Rp 300 triliun. Dana hasil efisiensi ini akan dialokasikan untuk program-program yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan mampu menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian.
"Dana efisiensi sebesar Rp 300 triliun akan digunakan untuk program yang langsung dirasakan oleh masyarakat dan menimbulkan multiplier effect," kata Febrio.
Presiden Prabowo Subianto, kata Febrio, memiliki visi yang kuat untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi di tingkat desa dan UMKM. Salah satu contoh keberhasilan efisiensi anggaran adalah peningkatan signifikan di sektor pertanian. Selama ini, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional relatif kecil, hanya sekitar 2%. Namun, berkat fokus dan alokasi anggaran yang tepat, sektor pertanian mampu mencatatkan pertumbuhan yang luar biasa.
"Sektor pertanian tumbuh 10,52% year on year. Jarang sekali pertumbuhan sektor pertanian di atas 2%," ungkapnya.
Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian ini tidak lepas dari fokus pemerintahan Prabowo dan implementasi program-program strategis, termasuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, peningkatan anggaran untuk sektor pertanian telah berhasil meningkatkan cadangan pangan beras (CBP) hingga mencapai 4 juta ton.
"Subsidi pupuk disalurkan dengan cepat sejak 1 Januari 2025. Hal-hal konkret seperti ini didesain untuk memastikan belanja negara digunakan langsung untuk mencapai tujuan yang ingin kita pastikan dirasakan oleh masyarakat," pungkasnya.