Petani Temanggung Terpukul: Gudang Garam Hentikan Pembelian, Harga Tembakau Anjlok
Keputusan PT Gudang Garam untuk menghentikan pembelian tembakau dari Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mulai tahun 2024, telah memicu gejolak di kalangan petani tembakau setempat. Dampaknya terasa signifikan pada penurunan daya tawar petani, yang berujung pada anjloknya harga jual tembakau.
Sebelumnya, harga tembakau di Temanggung ditentukan berdasarkan kualitas atau grade-nya. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Agus Parmuji, mengungkapkan bahwa harga tembakau grade D pernah mencapai Rp 90.000 hingga Rp 95.000 per kilogram. Namun, setelah Gudang Garam tidak lagi menjadi pembeli, harga terendah untuk grade tersebut merosot menjadi Rp 65.000 hingga Rp 70.000 per kilogram.
"Posisi tawar petani semakin lemah karena berkurangnya pembeli," tegas Parmuji. Ia menambahkan bahwa absennya Gudang Garam membuka celah bagi perusahaan rokok lain untuk menekan harga pembelian tembakau. Kondisi ini tentu merugikan petani yang selama ini mengandalkan penjualan tembakau sebagai mata pencaharian utama.
Sebagai Ketua Komite Pertembakauan Temanggung, Agus Parmuji bersama Bupati Temanggung Agus Setyawan telah berupaya melakukan audiensi dengan manajemen berbagai pabrik rokok sejak pertengahan Mei 2025. Delegasi dari Temanggung bahkan telah melakukan kunjungan ke pabrik rokok di Kudus, Jawa Tengah, serta bertemu dengan pengusaha rokok dari Jawa Timur di Malang. Tujuannya adalah untuk mencari solusi agar tembakau Temanggung tetap terserap oleh pasar.
Komite Pertembakauan terus mengintensifkan komunikasi dengan para pengusaha rokok untuk meningkatkan penyerapan tembakau dari Temanggung. Menurut Parmuji, salah satu kendala utama yang dihadapi oleh pengusaha rokok adalah tingginya tarif cukai dan maraknya peredaran rokok ilegal. Ia menyayangkan bahwa pemerintah pusat dinilai kurang optimal dalam melindungi keberlangsungan produksi rokok legal, yang pada akhirnya berdampak pada permintaan tembakau dari petani.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, dan Perdagangan Kabupaten Temanggung, Ponco Marbagyo, mengamini bahwa keputusan Gudang Garam sangat mempengaruhi harga jual tembakau di Temanggung. Bahkan, produsen tembakau dari luar daerah pun enggan mendistribusikan komoditasnya ke Temanggung setelah mengetahui bahwa Gudang Garam tidak lagi membeli tembakau dari wilayah tersebut. "Memang (tembakau) terserap semua, tapi harganya jadi rendah," keluhnya.
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu sentra produksi tembakau di Indonesia. Setiap tahunnya, daerah ini menghasilkan sekitar 9.000 hingga 10.000 ton tembakau, dengan luas lahan tembakau mencapai sekitar 14.000 hektar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi tembakau di Temanggung mengalami penurunan selama periode 2021-2023, dengan angka berturut-turut sebesar 12.691 ton, 10.562 ton, dan 9.685 ton. Selain Temanggung, daerah lain seperti Wonosobo, Kendal, Magelang, dan Boyolali juga menjadi bagian dari rantai tata niaga tembakau.
Penurunan harga tembakau ini menjadi pukulan berat bagi petani Temanggung. Mereka berharap pemerintah dan pihak terkait dapat segera mencari solusi agar harga tembakau kembali stabil dan kesejahteraan petani dapat terjaga.