Serangan Siber Lumpuhkan Bank Sepah Iran, Diduga Dalang Peretas Pro-Israel
Klaim serangan siber terhadap Bank Sepah, salah satu lembaga keuangan terkemuka di Iran, telah menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keamanan sistem perbankan negara tersebut. Kelompok peretas yang menamakan diri Gonjeshke Darande, atau Predatory Sparrow, mengaku bertanggung jawab atas insiden ini, dengan alasan bahwa Bank Sepah terlibat dalam pendanaan kegiatan militer Iran. Kelompok ini diduga memiliki kaitan dengan Israel.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang baru-baru ini terlibat dalam serangkaian aksi saling serang. Pekan lalu, Israel dilaporkan melancarkan serangan terhadap sejumlah fasilitas militer dan nuklir di Iran, yang kemudian dibalas dengan tembakan rudal oleh Iran.
Reuters melaporkan bahwa klaim serangan siber ini belum dapat diverifikasi secara independen. Namun, situs web resmi Bank Sepah tidak dapat diakses sejak kemarin. Selain itu, anak perusahaan Bank Sepah di London juga belum memberikan komentar mengenai insiden ini.
Laporan dari media Israel mengindikasikan bahwa nasabah Bank Sepah mengalami kesulitan dalam mengakses rekening mereka. Kelompok peretas Gonjeshke Darande belum menanggapi permintaan komentar yang diajukan melalui media sosial.
Rob Joyce, mantan pejabat tinggi keamanan siber AS, memperingatkan bahwa gangguan terhadap dana bank atau hilangnya kepercayaan pada sistem perbankan Iran dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi negara tersebut.
Berikut ini adalah daftar serangan siber yang sebelumnya dikaitkan dengan kelompok Gonjeshke Darande:
- Serangan terhadap pabrik baja Iran pada tahun 2022, yang menyebabkan kebakaran besar.
- Serangan siber besar pada tahun 2021 yang melumpuhkan sejumlah pom bensin di seluruh Iran.
Meskipun Israel tidak secara resmi mengakui keterlibatannya dengan kelompok Gonjeshke Darande, media Israel sering menggambarkan kelompok ini sebagai entitas yang terkait dengan Israel.
Serangan siber ini menyoroti kerentanan infrastruktur penting terhadap serangan dunia maya dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Iran untuk melindungi sistem keuangannya dari ancaman semacam itu.