Gelombang Panas Ekstrem Landa Jepang, Puluhan Warga Dilarikan ke Rumah Sakit

Jepang Bergejolak di Bawah Gelombang Panas dan Hujan Ekstrem

Jepang saat ini bergulat dengan kombinasi cuaca ekstrem yang berbahaya, dengan gelombang panas yang melanda banyak wilayah di tengah musim hujan yang sedang berlangsung. Suhu melonjak ke level yang memecahkan rekor, mendorong peringatan kesehatan dan kebutuhan mendesak untuk mengambil tindakan pencegahan.

Pada hari Rabu (18/6/2025), Tokyo mengalami suhu yang mencapai 34,4 derajat Celcius, dengan 14 kota lainnya di seluruh negeri mencatat rekor tertinggi di bulan Juni. Gelombang panas telah menyebabkan peningkatan dramatis dalam kasus heatstroke, dengan puluhan orang membutuhkan perawatan medis darurat, terutama di ibu kota. Dinas kesehatan Tokyo melaporkan bahwa setidaknya 57 orang telah dilarikan ke rumah sakit karena gejala terkait panas pada hari Rabu, menyusul 169 kasus yang dilaporkan pada hari sebelumnya. Sayangnya, wilayah lain telah melaporkan setidaknya tiga kematian akibat panas ekstrem minggu ini.

Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa Jepang juga berada di tengah musim hujan. Badan Meteorologi Jepang (JMA) telah mengeluarkan peringatan tentang potensi hujan lebat disertai petir di wilayah timur dan lainnya. Udara hangat dan lembap yang mengalir ke sistem tekanan rendah di atas Laut Jepang menyebabkan pembentukan awan hujan di wilayah Tokai, Kanto, dan Tohoku. Pada hari Senin dini hari, kota Shimada di Prefektur Shizuoka mengalami curah hujan 61 milimeter per jam, memicu peringatan tanah longsor di beberapa daerah. Hujan deras lokal dengan intensitas lebih dari 30 milimeter per jam diperkirakan akan terus berlanjut di wilayah timur Jepang, dengan risiko banjir, luapan sungai, dan tanah longsor.

Kombinasi panas ekstrem dan hujan deras menimbulkan tantangan yang signifikan bagi penduduk dan otoritas. Masyarakat diimbau untuk tetap berada di ruangan ber-AC, menjaga asupan cairan, dan memantau informasi cuaca dengan cermat. Pemerintah secara rutin mengingatkan masyarakat untuk mengurangi aktivitas fisik di luar ruangan, menghindari paparan sinar matahari langsung, dan mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Kewaspadaan dan adaptasi sangat penting untuk keselamatan di tengah cuaca ekstrem yang semakin sulit diprediksi ini.

Strategi Adaptasi di Tengah Cuaca Ekstrem

Warga Tokyo telah mengadopsi berbagai strategi untuk mengatasi panas yang menyengat. Junko Kobayashi (73), misalnya, merendam syal di air dan melilitkannya di lehernya agar tetap sejuk. Dia juga menggunakan payung untuk menghalangi cahaya dan panas. Naoki Ito (80) secara rutin minum air, meskipun hanya sedikit demi sedikit, untuk tetap terhidrasi.

Tantangan bagi Turis

Cuaca panas juga menimbulkan tantangan bagi wisatawan asing yang mengunjungi Jepang. Menurut data resmi pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara meningkat 21 persen pada Mei 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Jack Budd (31), seorang turis asal Australia, mengatakan bahwa cuaca sangat terik dan sulit untuk merasa sejuk kecuali di dalam ruangan.

Imbauan dan Rekomendasi

Otoritas kesehatan mengimbau masyarakat, terutama lansia yang merupakan kelompok usia yang paling rentan terhadap dampak gelombang panas, untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Data pemerintah menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen korban meninggal akibat heatstroke dalam lima tahun terakhir adalah warga lanjut usia.

Menghadapi kombinasi gelombang panas dan musim hujan, masyarakat harus tetap waspada dan melek informasi cuaca untuk mengurangi risiko bencana ganda.