BYD Mengkhawatirkan Intensitas Perang Harga Mobil Listrik di China
Persaingan sengit di pasar mobil listrik China telah mencapai titik yang mengkhawatirkan, memicu kekhawatiran akan keberlanjutan industri. Stella Li, Wakil Presiden Eksekutif BYD, mengungkapkan keprihatinannya dalam sebuah acara Bloomberg News di London, menyatakan bahwa perang harga yang sedang berlangsung tidak dapat terus berlanjut.
"Persaingan sangat ekstrem, sangat berat. Tidak, ini tidak bisa berlanjut," ujarnya, mencerminkan ketegangan yang dirasakan oleh para pelaku industri.
Prediksi konsolidasi di antara pemain besar otomotif China semakin menguat. BYD, sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di negara tersebut, telah mengambil langkah mengejutkan dengan memangkas harga 22 model kendaraan listrik dan hibrida. Langkah ini semakin memanaskan persaingan, dengan harga awal model termurah, Seagull, turun menjadi hanya 55.800 yuan atau sekitar Rp 130 juta.
Ekspansi global BYD terus berlanjut tanpa tanda-tanda melambat. Penjualan mobil mereka di Eropa melampaui Tesla pada bulan Mei, melonjak 169 persen dibandingkan April 2024. Sebaliknya, penjualan Tesla mengalami penurunan signifikan, mencapai 49 persen.
BYD juga berencana untuk memperluas jangkauan sistem penggerak mereka dengan meluncurkan setidaknya dua model plug-in hybrid baru di Eropa pada tahun ini.
Regulator Pasar China telah menyerukan upaya untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, dengan menggunakan istilah "involusioner" untuk menggambarkan dinamika pasar yang merugikan diri sendiri. Perdana Menteri Li Qiang juga menggunakan istilah ini dalam laporan kerja tahunan, menyoroti masalah yang berkembang ini.
Dalam dua tahun terakhir, harga mobil listrik dan hybrid baru di China telah mengalami penurunan yang signifikan. Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) memperingatkan bahwa perang harga yang tidak masuk akal dapat memperburuk persaingan di pasar lokal.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) berencana untuk memperketat regulasi terkait persaingan yang tidak produktif, dengan tujuan untuk menegakkan hukum yang mendorong persaingan yang lebih sehat. Namun, beberapa pihak tetap skeptis terhadap keberhasilan upaya ini, dan percaya bahwa perang harga akan semakin intensif di masa depan.
He Xiaopeng, CEO Xpeng, termasuk di antara mereka yang meragukan berakhirnya perang dagang di China. Ia berpendapat bahwa persaingan akan semakin ketat di masa depan, dengan semakin banyaknya produsen yang memasuki pasar.
"Persaingan akan menjadi lebih intens dalam lima tahun ke depan. Ini baru hidangan pembuka," kata Xiaopeng, mengisyaratkan tantangan yang lebih besar di masa depan.
Beberapa poin yang perlu diperhatikan:
- Pasar mobil listrik China menghadapi persaingan harga yang ekstrem.
- BYD mengkhawatirkan keberlanjutan perang harga.
- Konsolidasi di antara pemain otomotif China diperkirakan akan terjadi.
- BYD terus memperluas jangkauan globalnya.
- Regulator China berupaya mengatasi persaingan yang tidak sehat.
- Beberapa pihak skeptis perang harga akan berakhir.