Bank Indonesia Intensifkan Pembelian Surat Berharga Negara, Tingkatkan Likuiditas Sistem Keuangan
Bank Indonesia (BI) secara agresif mengakumulasi Surat Berharga Negara (SBN) hingga pertengahan Juni 2025, dengan total nilai mencapai Rp 124,33 triliun. Langkah ini menunjukkan komitmen bank sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Akumulasi SBN ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan posisi pada 20 Mei 2025, yang tercatat sebesar Rp 96,41 triliun. Kenaikan sekitar Rp 27,92 triliun ini mencerminkan intensifikasi upaya BI dalam memperkuat likuiditas sistem keuangan. Pembelian SBN tersebut terdiri dari dua kategori utama:
- Pembelian di pasar sekunder senilai Rp 87,04 triliun
- Pembelian di pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk SPN Syariah, senilai Rp 37,29 triliun.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, strategi pembelian SBN ini merupakan bagian integral dari operasi moneter pro-pasar (pro-market) yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter. Dengan kata lain, BI berupaya memastikan bahwa kebijakan moneter yang ditetapkan dapat secara efektif tersalurkan ke seluruh sektor ekonomi, sehingga memberikan dampak yang optimal terhadap pertumbuhan dan stabilitas.
Selain itu, langkah ini juga ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dalam sistem keuangan. Likuiditas yang memadai sangat penting untuk memastikan bahwa lembaga keuangan memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan operasional dan memberikan pinjaman kepada sektor riil. Hal ini pada gilirannya akan mendorong aktivitas ekonomi dan investasi.
Strategi BI ini juga berperan dalam memperkuat ekspansi likuiditas sebagai bagian dari bauran kebijakan yang lebih luas. Bauran kebijakan ini dirancang untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Dengan mengelola likuiditas secara efektif, BI berupaya untuk menciptakan kondisi moneter yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah," ungkap Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI.
Selain pembelian SBN, BI juga mengoptimalkan penggunaan instrumen lain seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Hingga 16 Juni 2025, posisi SRBI tercatat sebesar Rp 811,11 triliun, yang secara signifikan mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter. Sementara itu, instrumen SVBI dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar 2.060,5 juta dollar AS dan 480 juta dollar AS pada periode yang sama.
Implementasi diler utama sejak Mei 2024 juga semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar semakin aktif dan efisien dalam merespons kebijakan moneter yang diterapkan oleh BI.
Ke depan, BI berkomitmen untuk terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market guna meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter. Hal ini dilakukan untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yang merupakan dua pilar utama dalam menjaga stabilitas ekonomi makro.