Diskriminasi Usia Hantui Pencari Kerja Berusia 40-an: Pengalaman Lela di Jakarta Utara
Di tengah hiruk pikuk Jakarta Utara, seorang wanita bernama Lela, berusia 40 tahun, berjuang melawan tantangan diskriminasi usia dalam mencari pekerjaan. Pengalamannya menjadi cerminan bagi banyak pencari kerja senior yang menghadapi kendala serupa.
Lela, yang sebelumnya berkecimpung di industri pelayaran dengan pengalaman di bidang administrasi perusahaan kontainer di Kelapa Gading, kini harus menghadapi kenyataan pahit. Setelah dua tahun vakum menjadi ibu rumah tangga, dorongan untuk kembali bekerja membawanya ke berbagai bursa kerja (Job Fair) dan platform daring. Namun, alih-alih disambut dengan tangan terbuka, ia justru seringkali mendapati tawaran pekerjaan dengan gaji yang jauh di bawah standar, bahkan tak sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) Jakarta.
"Seringkali saya ditawari pekerjaan dengan gaji Rp 2 juta atau Rp 3 juta. Padahal, pengalaman saya di bidang pelayaran dan kontainer cukup banyak," ungkap Lela dengan nada kecewa.
Penolakan Lela terhadap tawaran gaji rendah bukan tanpa alasan. Sebelumnya, ia mampu memperoleh pendapatan di atas Rp 5 juta. Ia merasa bahwa pengalamannya yang matang seharusnya dihargai dengan kompensasi yang setimpal.
Kendala utama yang dihadapi Lela adalah batasan usia yang diterapkan oleh banyak perusahaan. Ia mendapati bahwa mayoritas perusahaan mematok usia maksimal pelamar di angka 35 tahun. Tanpa koneksi atau "orang dalam", peluang untuk mendapatkan pekerjaan semakin menipis.
"Susah sekali mencari kerja karena banyak perusahaan yang membatasi usia hingga 35 tahun. Kalau tidak ada kenalan, semakin sulit," keluhnya.
Pengalaman pahit Lela ini memicu keprihatinan akan kebijakan diskriminatif yang masih diterapkan di dunia kerja. Ia berharap agar pemerintah dapat mengevaluasi dan merevisi kebijakan yang ada, sehingga tidak ada lagi batasan usia yang menghalangi para pekerja senior untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan kemampuan dan pengalaman mereka.
Berikut adalah beberapa poin penting yang menjadi perhatian:
- Diskriminasi Usia: Batasan usia maksimal dalam persyaratan lowongan kerja menjadi penghalang utama bagi pencari kerja berusia 40-an.
- Tawaran Gaji Rendah: Pencari kerja senior seringkali ditawari pekerjaan dengan gaji di bawah standar, tidak sebanding dengan pengalaman yang dimiliki.
- Kebijakan Pemerintah: Perlunya evaluasi dan perbaikan kebijakan terkait batasan usia dalam rekrutmen agar lebih inklusif.
- Pengalaman Kerja: Pengalaman kerja yang matang seharusnya menjadi nilai tambah, bukan justru menjadi penghalang.
- Kebutuhan Ekonomi: Dorongan untuk kembali bekerja seringkali didasari oleh kebutuhan ekonomi keluarga.
Lela hanyalah satu dari sekian banyak pencari kerja senior yang menghadapi tantangan serupa. Kisahnya menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menghapuskan diskriminasi usia dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif bagi semua kalangan.