Esensi Panggilan Haji: Lebih dari Sekadar Gelar, Sebuah Refleksi Diri dan Syiar Islam
Kepulangan jemaah haji dari Tanah Suci seringkali diiringi dengan penyematan gelar 'Haji' atau 'Hajjah'. Lebih dari sekadar penanda status, panggilan ini mengandung makna yang mendalam dan relevan bagi kehidupan seorang muslim setelah menunaikan rukun Islam kelima. Syekh Fikri Thoriq, dalam sebuah kesempatan di Jeddah, Arab Saudi, menekankan pentingnya memahami esensi panggilan haji, bukan sebagai bentuk kesombongan, melainkan sebagai pengingat dan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas diri.
Syekh Fikri Thoriq, pembimbing jemaah haji, menjelaskan empat hikmah utama di balik penggunaan gelar haji:
- Ungkapan Syukur: Gelar haji menjadi wujud syukur mendalam kepada Allah SWT atas kesempatan yang diberikan untuk mengunjungi Baitullah. Tanpa izin dan kemudahan dari-Nya, perjalanan spiritual ini tidak mungkin terwujud.
- Pengingat Diri: Panggilan haji berfungsi sebagai "pakaian" yang mengingatkan seorang haji atau hajjah untuk senantiasa menjaga diri. Hal ini tercermin dalam peningkatan ibadah, seperti rutin membaca Al-Qur'an, memperbanyak zikir, dan menghindari perbuatan yang merugikan orang lain. Seorang haji diharapkan menjadi teladan yang baik di masyarakat.
- Syiar Islam: Gelar haji dapat menjadi sarana syiar atau penyebaran ajaran Islam. Kisah perjalanan spiritual dan pengalaman berharga selama di Tanah Suci dapat menginspirasi orang lain untuk menunaikan ibadah haji.
- Sarana Doa: Panggilan haji membuka pintu doa. Doa dari seorang haji, yang baru kembali dari tempat suci, memiliki nilai tersendiri. Mereka yang belum berkesempatan menunaikan haji seringkali meminta doa dari para haji agar dimudahkan langkahnya untuk berziarah ke Baitullah.
Ibadah haji bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Prosesi ibadah yang dijalani, mulai dari wukuf di Arafah, tawaf di Ka'bah, hingga sa'i antara Safa dan Marwa, merupakan pembelajaran amal yang mengantarkan seorang muslim menuju ridha Allah SWT. Oleh karena itu, panggilan haji hendaknya dimaknai sebagai pengingat untuk terus meningkatkan kualitas diri dan menjadi pribadi yang lebih baik setelah kembali ke tengah-tengah masyarakat. Panggilan ini juga menjadi motivasi untuk terus menebar kebaikan dan menginspirasi orang lain untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Haji adalah momentum penting untuk merefleksikan diri dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang diperoleh selama berada di Tanah Suci dalam kehidupan sehari-hari.