Wall Street Bergetar: The Fed Pertahankan Suku Bunga di Tengah Kekhawatiran Inflasi dan Stagflasi
Pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, mengalami pergerakan fluktuatif pada perdagangan Rabu (18/6/2025), setelah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai inflasi dan potensi stagflasi, terutama dengan mempertimbangkan dampak kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Indeks Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan sebesar 44,14 poin atau 0,10 persen, berakhir pada level 42.171,66. Sementara itu, indeks S&P 500 juga melemah tipis sebesar 0,03 persen, ditutup pada level 5.980,87. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite berhasil mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,13 persen, berakhir pada 19.546,27.
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada kisaran 4,25 hingga 4,5 persen sebenarnya sudah diantisipasi oleh pasar. Namun, pengumuman tersebut justru memicu reaksi beragam dari para investor. Bank sentral mengisyaratkan potensi dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini, namun di sisi lain juga memberikan sinyal mengenai ancaman stagflasi yang membayangi.
Para pembuat kebijakan The Fed merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2025 menjadi hanya 1,4 persen. Mereka juga menaikkan proyeksi inflasi inti menjadi 3,1 persen. Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa pihaknya mulai melihat dampak dari kebijakan tarif terhadap inflasi. Oleh karena itu, para pembuat kebijakan merasa lebih baik untuk menunggu dan melihat sebelum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga.
"Besarnya dampak tarif, durasinya, dan waktu yang dibutuhkan semuanya sangat tidak pasti. Itulah sebabnya kami pikir hal yang tepat untuk dilakukan adalah mempertahankan posisi kami saat ini sambil mempelajari lebih lanjut," kata Powell.
Selain faktor The Fed, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh pernyataan Presiden Trump mengenai kemungkinan negosiasi dengan Iran. Trump mengklaim bahwa Iran telah menghubungi dan mengisyaratkan keinginan untuk mengirim delegasi ke Washington untuk berunding.
"Mereka ingin bernegosiasi. Mereka bahkan menyarankan agar datang ke Gedung Putih. Itu tindakan yang berani. Sepertinya tidak mudah bagi mereka untuk melakukannya," ujar Trump.
Secara umum, pasar saham mengalami tekanan sejak awal minggu ini akibat meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, yang menyebabkan lonjakan harga minyak. Konflik antara kedua negara terus berlanjut, dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa Iran tidak akan menyerah.