Rupiah Tertekan Pasca-Keputusan The Fed Pertahankan Suku Bunga

Rupiah Melemah Setelah The Fed Tahan Suku Bunga Acuan

Nilai tukar rupiah diprediksi mengalami tekanan terhadap dollar AS setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada level 4,25-4,50 persen. Keputusan ini memicu penguatan dollar AS dan berdampak pada pelemahan mata uang Garuda.

Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.250 hingga Rp 16.350 per dollar AS. Pernyataan hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menekankan inflasi yang masih tinggi dan penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, menjadi faktor utama pendorong penguatan dollar AS.

Pengamat Pasar Uang dari PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menambahkan bahwa sinyal The Fed terkait pemangkasan suku bunga yang tidak terburu-buru, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang melibatkan AS dan Iran, turut memicu kekhawatiran pasar akan stabilitas ekonomi global. Kenaikan harga minyak mentah sebesar 17 persen juga memberikan tekanan tambahan pada rupiah.

Ariston memprediksi potensi pelemahan rupiah hingga Rp 16.380, dengan support di sekitar Rp 16.300. Data Bloomberg menunjukkan bahwa pada pukul 09.08 WIB, rupiah berada di level Rp 16.367,6 per dollar AS, melemah 55 poin atau 0,34 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.312,5 per dollar AS. Sementara itu, kurs tengah Jisdor pada Rabu (18/6/2025) menunjukkan nilai tukar rupiah di level Rp 16.319 per dollar AS, menguat dibandingkan hari Selasa (17/6/2025) yang berada di level Rp 16.281 per dollar AS.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan Rupiah:

  • Keputusan The Fed: Kebijakan suku bunga dan pernyataan dari pejabat The Fed memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar dollar AS dan mata uang lainnya, termasuk rupiah.
  • Inflasi AS: Tingkat inflasi di AS menjadi pertimbangan utama bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya. Inflasi yang tinggi dapat mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi atau bahkan menaikkannya, yang dapat memperkuat dollar AS.
  • Ketegangan Geopolitik: Konflik dan ketegangan geopolitik, terutama yang melibatkan AS, dapat memicu risk-off sentiment di pasar keuangan, yang mendorong investor untuk mencari safe-haven assets seperti dollar AS.
  • Harga Minyak Mentah: Kenaikan harga minyak mentah dapat meningkatkan inflasi dan memberikan tekanan pada mata uang negara-negara pengimpor minyak, termasuk Indonesia.

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus memantau perkembangan pasar keuangan global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.