PepsiCo Resmikan Pabrik Baru di Cikarang dengan Investasi Rp 3,3 Triliun, Fokus pada Produk Lokal dan Keberlanjutan

Investasi besar terus mengalir ke sektor industri makanan dan minuman (mamin) Indonesia, salah satunya ditandai dengan peresmian pabrik baru PT PepsiCo Indonesia di Cikarang, Jawa Barat. Pabrik senilai 200 juta dolar AS atau setara dengan Rp 3,3 triliun ini diresmikan dengan harapan dapat memperkuat industri mamin nasional, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong substitusi impor.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyampaikan apresiasi atas investasi yang dilakukan PepsiCo. Menurutnya, industri mamin menunjukkan pertumbuhan positif pasca-pandemi Covid-19, dengan PDB tumbuh 6,04 persen pada triwulan I tahun 2025. Angka ini melampaui pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas (4,31 persen) dan PDB nasional (4,87 persen).

"Kehadiran pabrik ini bukan hanya memperkuat industri makanan ringan nasional, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong substitusi impor. Ini juga menandakan bahwa peluang pasar dalam negeri masih sangat terbuka, dan sektor industri ini masih sangat menjanjikan," ujar Faisol.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait pabrik baru PepsiCo:

  • Lokasi: Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang, Jawa Barat
  • Investasi: US$ 200 juta (Rp 3,3 triliun)
  • Mulai Produksi: 13 Januari 2025
  • Kapasitas Terpasang: 24.000 ton per tahun
  • Jumlah Tenaga Kerja: Hampir 400 orang
  • Produk: Lay's, Cheetos, Doritos

Faisol juga menyoroti potensi pasar makanan ringan di Indonesia yang besar, didorong oleh dominasi generasi milenial dan Gen Z yang mencapai 55 persen populasi konsumen. Pasar makanan ringan menunjukkan tren pertumbuhan positif dengan nilai pasar mencapai US$ 3,87 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh 8,13 persen (CAGR) hingga 2029.

Kementerian Perindustrian mengapresiasi inisiatif PepsiCo dalam menggandeng 200 petani kentang dan 200 petani jagung dari Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui program pengembangan bibit unggul, peningkatan produktivitas, dan pemberdayaan petani lokal. Selain itu, PepsiCo dinilai telah menerapkan prinsip keberlanjutan dengan penggunaan 100 persen air daur ulang dan energi listrik terbarukan dalam proses produksinya.

"Kami berharap PT PepsiCo Indonesia terus menciptakan dampak positif, tidak hanya melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah, tetapi juga dengan kontribusinya terhadap keberlanjutan lingkungan dan penguatan ekonomi lokal," kata Faisol.

Sektor mamin memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB industri pengolahan non-migas, yaitu sebesar 41,15% pada triwulan I-2025. Nilai ekspor sektor ini mencapai US$ 11,78 miliar (termasuk minyak kelapa sawit), atau 22,42% dari total nilai ekspor industri pengolahan non-migas pada triwulan yang sama.

Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, menambahkan bahwa investasi PepsiCo menjadi simbol kepercayaan investor global terhadap potensi industri mamin nasional. Investasi ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya pasar konsumsi besar, tetapi juga basis produksi yang kompetitif.

CEO PepsiCo Indonesia, Asif Mobin, menyatakan bahwa pabrik baru ini akan semakin mendekatkan perusahaan pada konsumen Indonesia. Pabrik seluas 60.000 meter persegi ini menggunakan bahan baku lokal dalam produksi makanan ringan.

"Kami bangga untuk berkontribusi terhadap upaya pemerintah dalam menguatkan industri domestik, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung komunitas petani lokal. Investasi ini memperlihatkan bagaimana masa depan kami di Indonesia, mendukung perekonomian lokal, menyelaraskan dengan prioritas nasional, dan berfokus pada penciptaan nilai jangka panjang," tutup Asif.