Tradisi Terhenti: SMAN 70 Jakarta Nihil Lolos PPKB UI 2025, Perubahan Kriteria Jadi Sorotan

SMAN 70 Jakarta Gagal Kirimkan Satupun Siswa ke UI Lewat Jalur PPKB 2025

Kabar mengejutkan datang dari SMAN 70 Jakarta, salah satu sekolah menengah atas negeri yang dikenal memiliki reputasi baik dalam mengirimkan siswanya ke Universitas Indonesia (UI). Tahun ini, untuk pertama kalinya, tidak ada satu pun siswa SMAN 70 yang berhasil lolos melalui jalur Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB) UI 2025.

Kenyataan ini menjadi pukulan telak bagi para guru dan siswa sekolah tersebut. Nur Puji Lestari, staf bidang akademik SMAN 70, mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan yang dirasakan oleh seluruh komunitas sekolah.

"Tahun ini sama sekali tidak ada yang diterima. Hal tersebut tentu membuat kami sedih, itu berita yang ya mengecewakan hati anak-anak,” ujarnya, Rabu (18/6/2025).

Ketidakberhasilan ini semakin membingungkan karena pihak sekolah mengaku tidak menerima informasi terkait perubahan sistem atau kriteria seleksi dari UI. Padahal, SMAN 70 telah memberikan pendampingan intensif kepada siswa-siswi yang berminat mendaftar melalui jalur PPKB, termasuk bimbingan pemilihan jurusan, persiapan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), dan pendampingan penulisan esai.

Cia (17), salah seorang siswa yang ikut mendaftar namun tidak lolos, mengungkapkan keterkejutannya. Ia tidak menyangka bahwa hasil tahun ini akan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana banyak alumni SMAN 70 yang berhasil masuk UI melalui jalur PPKB.

"Jujur enggak nyangka banget, karena kalau ngelihat tahun sebelumnya, dari alumni cukup banyak dan track record mereka bagus dan aktif juga," kata Cia.

Cia juga menambahkan bahwa guru-guru di SMAN 70 telah berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan bimbingan, termasuk guru Sosiologi yang membantunya dalam menulis esai untuk pendaftaran jurusan Psikologi.

Perubahan Kriteria Seleksi PPKB UI 2025 Jadi Tanda Tanya

Menurut informasi yang beredar, seleksi jalur PPKB UI 2025 lebih mengutamakan rekam jejak alumni dan undangan khusus kepada sekolah-sekolah tertentu. Namun, tahun ini, UI disebut memberikan prioritas lebih besar kepada siswa dari luar Jabodetabek, khususnya dari wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Alumni Periklanan Kreatif UI, Dalmi (21), menyayangkan kurangnya sosialisasi terkait perubahan kriteria seleksi ini. Ia menilai bahwa kekecewaan siswa SMA di Jabodetabek sangat beralasan karena tidak adanya informasi yang jelas sebelumnya.

"Menurut saya kekecewaan anak SMA Jabodetabek itu valid, karena belum ada informasi sebelumnya dan tentu heran karena dari sebelumnya puluhan bahkan, (tapi) tahun ini tidak ada," ujar Dalmi.

Di sisi lain, Dafina (17), seorang siswa asal SMA YPVDP Bontang, Kalimantan Timur, menjadi salah satu siswa dari luar Jabodetabek yang berhasil diterima melalui jalur PPKB UI. Ia memahami kekecewaan dari sekolah-sekolah yang selama ini menjadi langganan UI, namun melihat kebijakan ini sebagai langkah pemerataan kesempatan yang positif.

"Pemerataan tahun ini juga fair banget biar kesempatan nggak cuma muter di sekolah-sekolah ‘langganan’ doang. Jadi semua orang jadi punya peluang yg lebih merata," kata Dafina.

Peristiwa ini memunculkan pertanyaan mengenai transparansi dan keadilan dalam sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru di UI. Perubahan kriteria seleksi yang tidak disosialisasikan dengan baik dapat menimbulkan kebingungan dan kekecewaan di kalangan siswa dan sekolah.

Diharapkan, UI dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai perubahan kriteria seleksi PPKB agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Sosialisasi yang efektif akan membantu siswa dan sekolah dalam mempersiapkan diri dengan lebih baik, serta memastikan bahwa proses seleksi berjalan secara adil dan transparan.

  • Perubahan ini memicu diskusi mengenai pemerataan kesempatan.
  • Prioritas siswa dari wilayah 3T.
  • Kekecewaan siswa Jabodetabek karena kurangnya informasi.