Bank Indonesia Pertimbangkan Penurunan Suku Bunga Acuan di Tengah Optimisme Pertumbuhan Ekonomi
Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan adanya ruang untuk kembali menyesuaikan suku bunga acuan, atau BI Rate, di masa mendatang. Langkah ini akan ditempuh dengan kehati-hatian, mempertimbangkan secara seksama dinamika inflasi, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta perkembangan kondisi ekonomi global.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam keterangan persnya menyampaikan bahwa penurunan BI Rate tetap menjadi opsi yang terbuka, sebagai bagian dari upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, ia menekankan bahwa setiap keputusan terkait kebijakan moneter akan didasarkan pada analisis mendalam dan waktu yang tepat.
Sepanjang tahun 2025, BI telah mengambil langkah penurunan BI Rate sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin pada bulan Januari dan Mei. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada bulan Juli 2025, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,50 persen.
"Kami akan terus memantau ruang untuk penurunan suku bunga, dengan tetap menjaga inflasi dalam kendali dan terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Tentu saja, waktu yang tepat akan kami pertimbangkan berdasarkan kondisi global, dan terutama terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah," jelas Perry Warjiyo.
Lebih lanjut, Gubernur BI menekankan bahwa upaya mendorong pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada instrumen suku bunga acuan. Bank sentral juga aktif melakukan injeksi likuiditas ke pasar melalui berbagai instrumen operasi moneter. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan dan pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Kebijakan moneter terus kami arahkan, tidak hanya melalui penurunan suku bunga, tetapi juga melalui penambahan likuiditas. Kebijakan makroprudensial terus kami perkuat, termasuk insentif likuiditas, serta kebijakan lain untuk mendorong kredit dan pembiayaan. Tentu saja, digitalisasi juga menjadi bagian penting dari strategi ini," tambahnya.
Saat ini, fokus BI adalah memastikan bahwa penurunan BI Rate yang telah dilakukan sebelumnya dapat secara efektif ditransmisikan oleh sektor perbankan melalui penurunan suku bunga kredit. Hal ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi aktivitas ekonomi di Indonesia.
Data BI menunjukkan bahwa suku bunga kredit perbankan nasional pada bulan Mei mengalami penurunan tipis dibandingkan bulan sebelumnya, dari 9,19 persen menjadi 9,18 persen. Suku bunga simpanan atau deposito tenor 1 bulan juga mengalami penurunan menjadi 4,81 persen pada bulan Mei, dari 4,83 persen pada bulan April 2025.
"Kami mengajak seluruh pelaku di sektor perbankan dan keuangan untuk bersama-sama mendorong pertumbuhan kredit dan pembiayaan, memajukan pertumbuhan ekonomi. Kami juga terus bersinergi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," pungkas Perry Warjiyo.