Krisis Ekonomi Melanda Pulau Enggano Akibat Isolasi Transportasi Laut

Kondisi ekonomi di Pulau Enggano, Bengkulu, tengah mengalami krisis yang cukup serius. Terganggunya transportasi laut sejak beberapa bulan terakhir telah memicu anjloknya harga jual hasil bumi dan melumpuhkan perekonomian masyarakat setempat. Pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai menjadi penyebab utama permasalahan ini.

Sejak Maret 2025, praktis Pulau Enggano terisolasi. Kapal-kapal yang biasanya mengangkut hasil bumi dan kebutuhan pokok tidak dapat beroperasi secara normal. Akibatnya, para petani dihadapkan pada pilihan sulit: memanen hasil kebun mereka dan merugi karena harga jual yang rendah, atau membiarkan hasil panen membusuk di ladang.

"Untuk apa dipanen kalau rugi?" ungkap Milson Kaitora, seorang tokoh adat di Enggano. Harga pisang, salah satu komoditas utama, jatuh drastis. Biaya panen dan pengangkutan bahkan lebih tinggi dari harga jual, membuat para petani enggan untuk memanen.

Beberapa pemilik modal besar menyewa kapal nelayan untuk mengangkut hasil panen mereka, namun kapasitas kapal yang terbatas tidak mampu menampung seluruh hasil bumi dari para petani. Hanya petani yang memiliki relasi dengan pembeli tetap di Bengkulu yang dapat menitipkan hasil panen mereka. Sementara itu, petani lain terpaksa merelakan pisang-pisang mereka membusuk di pohon.

Ketergantungan masyarakat Enggano pada sektor pertanian membuat mereka sangat rentan terhadap masalah transportasi. Selain pisang, komoditas lain seperti kakao, pinang, daun pisang, jantung pisang, dan hasil laut juga tidak dapat dipasarkan ke luar pulau. Akibatnya, krisis uang melanda warga Enggano.

"Omzet warung-warung besar turun drastis karena tidak ada yang berbelanja," ujar Yudi, seorang warga Meok. Utang menumpuk di warung-warung karena warga kesulitan membayar.

Harun Kaarubi, seorang mantan tokoh masyarakat, mengaku keluarganya sudah menunggak pembayaran PDAM selama berbulan-bulan akibat tidak adanya pemasukan. Ia berharap pemerintah dapat memberikan keringanan atau kebijakan khusus bagi warga Enggano selama masalah transportasi belum teratasi.

Selain itu, banyak ibu rumah tangga terpaksa menghemat pengeluaran harian, termasuk penggunaan listrik. Mereka mengurangi pembelian token listrik karena keterbatasan dana.

Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Bengkulu, Fahmi Arisandi, menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap krisis yang melanda Pulau Enggano. Ia meminta pemerintah untuk menghentikan narasi bahwa Enggano sudah tertangani dengan baik, karena faktanya di lapangan sangat berbeda.

Sebelumnya dilaporkan bahwa pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai menjadi penyebab utama terganggunya transportasi laut ke Pulau Enggano. Kapal-kapal tidak dapat bersandar di dermaga dan terpaksa menurunkan penumpang di tengah laut, yang kemudian diangkut ke dermaga menggunakan kapal kecil. Layanan angkutan barang, terutama hasil bumi, menjadi terhambat.

Dampak Krisis:

  • Anjloknya harga jual hasil bumi.
  • Terisolasinya masyarakat Pulau Enggano.
  • Krisis ekonomi yang melanda warga.
  • Menumpuknya utang warga di warung-warung.
  • Kesulitan membayar tagihan PDAM dan listrik.
  • Potensi kerugian besar bagi petani.

Harapan Masyarakat:

  • Perhatian dan solusi konkret dari pemerintah.
  • Normalisasi transportasi laut.
  • Kebijakan khusus untuk meringankan beban warga.

Dibutuhkan tindakan cepat dan nyata dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan memulihkan perekonomian Pulau Enggano. Jika tidak, pulau ini akan terus terpuruk dalam krisis dan masyarakat akan semakin menderita.