Otomatisasi Ancam Pekerja Perempuan: KemenkoPMK Soroti Kesenjangan Keterampilan Teknologi

Kesenjangan Digital: Pekerja Perempuan dalam Risiko Pengangguran Akibat Otomatisasi

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KemenkoPMK) menyoroti potensi kerentanan pekerja perempuan terhadap gelombang otomatisasi yang semakin meluas di berbagai sektor industri. Pesatnya perkembangan teknologi, khususnya di era digital ini, membuka peluang baru, namun juga menghadirkan tantangan serius bagi kelompok pekerja tertentu.

Menurut Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, otomatisasi yang didorong oleh penetrasi internet yang mencapai 73,7% di Indonesia, berpotensi menggantikan peran manusia dalam berbagai lini pekerjaan. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak signifikan pada pekerja perempuan karena adanya kesenjangan keterampilan teknologi.

"Jika terjadi otomatisasi, kelompok yang paling mudah tergantikan adalah perempuan," ujar Woro dalam acara Peluncuran Futuremakers Youth Employability Programme di Jakarta. Pernyataan ini menggarisbawahi perlunya peningkatan kompetensi dan keterampilan teknologi bagi perempuan agar dapat bersaing dan beradaptasi dengan perubahan lanskap pekerjaan.

Tantangan Ganda: NEET dan Kesenjangan Gender

Selain kerentanan terhadap otomatisasi, KemenkoPMK juga menyoroti tingginya angka perempuan yang tergolong NEET (Not in Education, Employment, or Training). Data menunjukkan bahwa jumlah perempuan NEET lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yang semakin memperburuk posisi mereka dalam pasar tenaga kerja.

Data Kementerian Ketenagakerjaan pada Agustus 2024 menunjukkan jumlah NEET laki-laki sebanyak 3.814.989 orang, sedangkan perempuan mencapai 5.184.989 orang. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan struktural dan sosial yang perlu diatasi untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pendidikan, pelatihan, dan lapangan kerja.

Namun, Woro juga menyampaikan optimisme terkait penurunan ketimpangan gender dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk mendorong perempuan aktif di berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik, dan pemerintahan, telah menunjukkan hasil yang positif.

Mendorong Keterampilan dan Partisipasi Perempuan

KemenkoPMK menekankan pentingnya peningkatan keterampilan teknologi bagi perempuan sebagai langkah strategis untuk mengatasi kesenjangan digital dan meningkatkan daya saing di pasar tenaga kerja. Selain itu, upaya untuk mengurangi angka perempuan NEET juga perlu terus ditingkatkan melalui program-program pendidikan, pelatihan, dan pendampingan yang relevan dengan kebutuhan industri.

Dengan meningkatkan keterampilan dan partisipasi perempuan dalam berbagai sektor, diharapkan dapat tercipta lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan, serta mengurangi risiko pengangguran akibat otomatisasi. Hal ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan potensi perempuan dan kesetaraan gender di dunia kerja.