Kunjungan Putra Prabowo ke Subang: Dedi Mulyadi Racik Sambal dan Bagikan Filosofi Sunda
Pertemuan hangat terjadi di kediaman Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan, Subang, ketika Didit Prabowo, putra dari Presiden Prabowo Subianto, bersama artis Happy Salma, melakukan kunjungan pada Kamis, 19 Juni 2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari riset untuk sebuah buku yang mengangkat tema silat dan kuliner tradisional Nusantara. Suasana akrab menyelimuti obrolan mereka, khususnya saat membahas sambal, hidangan pelengkap yang tak terpisahkan dari masyarakat Sunda.
Lebih dari sekadar diskusi, Dedi Mulyadi secara langsung mendemonstrasikan pembuatan sambal untuk kedua tamunya. Sambil mengulek, Dedi berbagi pandangannya, "Sambal itu adalah manifestasi kreativitas ibu-ibu di Jawa Barat. Bahkan, kemiskinan pun dapat tercermin dari bagaimana mereka meracik sambal." Ia menjelaskan bagaimana bahan-bahan sederhana seperti cabai rawit (cengek) dan garam dapat diolah menjadi sambal goang yang lezat. Penambahan bawang menghasilkan sambal bledag, sementara terasi mengubahnya menjadi sambal terasi yang khas.
Filosofi Sambal Sunda
Dedi Mulyadi menekankan bahwa kuliner Indonesia, khususnya sambal, lahir dari keterbatasan dan keprihatinan. Keterbatasan bahan baku justru memicu kreativitas dalam menciptakan rasa yang menggugah selera. Didit Prabowo pun terlihat antusias mencicipi sambal buatan Dedi, yang disajikan bersama ulen (uli) dan pepes ikan. Sambal racikan Dedi bahkan menjadi hidangan utama makan siang mereka hari itu.
Kunjungan Didit dan Happy Salma ke Lembur Pakuan bukan hanya tentang menikmati hidangan lezat, tetapi juga menggali nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa dalam budaya Sunda, dapur disebut pawon, dan bumbu dikenal sebagai samara. Dari sinilah muncul istilah samara pawon, yang mencerminkan filosofi hidup yang selaras dengan kearifan lokal.
Dalam percakapan tersebut, Dedi juga menyinggung tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam makanan tradisional. Ia menjelaskan bahwa dapur dalam budaya Sunda disebut pawon, dan bumbu disebut samara. Dari situlah lahir istilah samara pawon, filosofi hidup yang erat dengan kearifan lokal.
Menu makan siang yang disajikan sederhana, terdiri dari nasi, sambal, pepes ikan, dan ulen. Namun, kesederhanaan ini justru menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan. Didit Prabowo sangat menikmati ulen yang dicocol dengan sambal, sebuah kombinasi yang menurut Dedi Mulyadi sangat cocok dan menimbulkan rasa rindu.
Sambal Lebih Dari Sekedar Rasa
Bagi Dedi Mulyadi, sambal bukan sekadar pelengkap hidangan, melainkan simbol rasa syukur. Ia meyakini bahwa orang Sunda selalu membutuhkan sambal, tidak peduli seberapa enak hidangan yang mereka santap. "Yang dicari itu rasa. Rasa itu bukan cuma soal lidah, tapi juga soal hati," ujarnya.
Kunjungan Didit Prabowo dan Happy Salma ke Lembur Pakuan menjadi momen berharga untuk menggali lebih dalam tentang kekayaan kuliner dan filosofi hidup masyarakat Sunda. Melalui sambal, Dedi Mulyadi berbagi cerita tentang kreativitas, keterbatasan, dan rasa syukur, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Sunda.