Tren Kenaikan Harga Sewa Rumah di Jabodetabek Picu Peluang Investasi Properti

markdown Fenomena kenaikan harga sewa rumah di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menjadi sorotan utama dalam lanskap properti saat ini. Lonjakan permintaan sewa rumah, terutama bagi mereka yang belum siap untuk membeli hunian, mendorong peningkatan signifikan pada harga sewa di wilayah metropolitan ini.

Dayu Dara, CEO dan Founder Pinhome, mengungkapkan bahwa harga jual rumah tapak dengan tipe 55-120 mengalami pertumbuhan sekitar 3-5 persen. Namun, yang menarik perhatian adalah kenaikan harga sewa yang jauh lebih tinggi, mencapai 6-10 persen. Sebagai contoh, di Kabupaten Bekasi, harga sewa rumah meningkat sebesar 6 persen, sementara di Jakarta Timur, lonjakan mencapai 10 persen. Data ini tercermin dalam Pinhome Home Value Index untuk kuartal I 2025, yang dipaparkan dalam acara Media Talk Show bertajuk 'Tren dan Strategi Properti Kelas Menengah Atas: Relevansi di Masa Ketidakpastian'.

Dara menjelaskan beberapa faktor yang memicu kenaikan harga sewa ini. Pertama, adanya peningkatan permintaan terhadap rumah tapak di segmen tersebut. Kedua, penambahan suplai rumah sewa, di mana properti yang awalnya tidak disewakan kini ditawarkan di pasar sewa. Kenaikan suplai ini juga turut mempengaruhi harga, karena rentang harga menjadi lebih lebar dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya.

Faktor lainnya adalah gencarnya pembangunan rumah oleh pengembang properti. Properti-properti ini kemudian dibeli oleh investor dan disewakan. Selain itu, pemilik rumah yang sudah menyewakan propertinya juga cenderung menaikkan harga sewa seiring dengan meningkatnya inflasi.

Untuk rumah tipe 151-200, kenaikan harga sewa cenderung stabil, yaitu sekitar 7-9 persen di wilayah Jakarta Timur dan Bogor. Rumah dengan tipe ini, yang biasanya memiliki 3-4 kamar tidur dan carport untuk dua mobil, menjadi incaran keluarga dengan dua anak.

Segmen rumah mewah dengan tipe 201 ke atas juga mengalami kenaikan harga sewa yang signifikan, menunjukkan tingginya permintaan di pasar properti mewah. Di Kota Bekasi, harga sewa rumah naik hingga 15 persen. Hal ini dipicu oleh kebutuhan para manajer dan eksekutif di kawasan industri untuk mencari hunian sewa sebelum memutuskan untuk menetap atau membeli properti di lokasi yang strategis.

Kota Bogor juga mencatat kenaikan harga sewa sebesar 12 persen. Faktor pendorongnya adalah pembangunan hunian yang gencar oleh pengembang, serta rencana pengembangan transportasi massal. Kondisi ini membuat pemilik properti merasa bahwa kawasan tersebut semakin diminati, sehingga mereka menaikkan harga sewa.

Di sisi lain, harga sewa di luar Jabodetabek menunjukkan variasi. Di Kabupaten Bandung, pemilik properti dengan luas 200 meter persegi ke atas cenderung menurunkan harga. Kondisi serupa juga terjadi di Semarang untuk rumah dengan luas di atas 121 meter persegi. Penurunan ini diduga akibat perlambatan ekonomi.

Di Malang, harga sewa rumah tipe 55-120 mengalami kenaikan, didorong oleh permintaan dari keluarga atau pelajar yang menyewa hunian di sana. Sementara itu, di Denpasar, harga sewa rumah mengalami kenaikan di setiap tipe rumah, berkisar antara 5-8 persen. Hal ini disebabkan oleh pengembangan transportasi dan infrastruktur, serta daya tarik sewa vila jangka pendek bagi sektor pariwisata dan pekerja digital.

Dara menjelaskan bahwa saat pasar sewa sedang bagus, pemilik properti cenderung berlomba-lomba untuk menawarkan produknya ke pasar, sehingga menciptakan lebih banyak opsi sewa. Namun, jika opsi sewa semakin banyak, harga cenderung turun, yang pada akhirnya akan menguntungkan penjual properti.