Perjuangan Gigih Varen Syifa Maudina: Anak Penjual Kantin Raih Beasiswa Penuh di UGM
Di balik kesuksesan gemilang, seringkali tersembunyi kisah perjuangan yang menginspirasi. Varen Syifa Maudina, seorang gadis yang tumbuh dalam keterbatasan ekonomi, membuktikan bahwa tekad dan kerja keras mampu membuka pintu gerbang impian. Ia berhasil menembus Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025, sebuah pencapaian yang tak lepas dari peran besar sang ibu.
Siti Darojah, ibunda Varen, adalah sosok pahlawan tanpa tanda jasa. Ia membesarkan Varen seorang diri sejak bayi, menjadi tulang punggung keluarga setelah usaha mereka hancur akibat gempa dahsyat tahun 2007. Dengan gigih, Siti berjualan di kantin sebuah Sekolah Dasar (SD) di Bantul, Yogyakarta, demi membiayai pendidikan Varen dan kedua kakaknya. Ketegaran Siti inilah yang menjadi sumber motivasi utama bagi Varen.
"Saya memprioritaskan anak-anak, apapun saya lakukan dan saya fokuskan untuk kehidupan anak," ungkap Siti penuh haru.
Varen tumbuh besar dengan membantu ibunya berjualan di kantin. Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk menyiapkan dagangan dan melayani para pembeli. Meskipun kadang merasa lelah, Varen tak pernah malu dengan pekerjaannya. Ia justru bangga bisa meringankan beban sang ibu. Bahkan, ia tak segan menitipkan barang dagangan ibunya di kantin sekolahnya sendiri.
"Sejak SD sampai SMA sekolah Varen memang jauh dari rumah, itu saya lakukan supaya dia nggak dapat tekanan sosial kalau bersekolah di sekitar lingkungan rumah dan ditanya tentang ayahnya," tutur Siti.
Di sekolah, Varen dikenal sebagai siswi yang pendiam namun cerdas. Ia selalu meraih peringkat terbaik di kelas dan memiliki bakat menggambar yang menonjol. Guru-gurunya pun sangat mengenal Varen sebagai anak yang rajin dan berprestasi.
"Anaknya memang pendiam, tapi dia tanggap sama lingkungan sekitar, baik sama keluarga atau ke teman-temannya," ujar Siti bangga.
Kini, kerja keras Varen membuahkan hasil yang manis. Ia diterima di jurusan Teknologi Pangan UGM, sebuah jurusan yang sangat diminatinya. Kabar baiknya, UGM memberikan beasiswa penuh kepada Varen, membebaskannya dari biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Varen berjanji akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Ia akan belajar dengan tekun dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran yang diajarkan oleh ibunya. Ia juga ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa ia mampu meraih kesuksesan meskipun telah ditinggalkan.
"Saya akan buktikan pada Ayah saya bahwa anak yang ditinggalkannya bisa melakukan suatu yang besar, saya dan kakak perempuan saya bisa berkuliah," tegas Varen.
Setelah lulus kuliah, Varen bercita-cita untuk bekerja di lembaga pemerintahan atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar dapat mengangkat derajat keluarganya. Ia juga memiliki impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
"Untuk semua yang tengah berjuang, dinikmati aja karena suatu hari nanti kita mesti mendapatkan hasil dari apa yang telah kita perjuangkan dengan bangga," pungkas Varen dengan penuh semangat.