Evaluasi Contraflow Tol Lebaran 2025: Keselamatan Jalan Raya Tetap Prioritas Utama
Evaluasi Contraflow Tol Lebaran 2025: Keselamatan Jalan Raya Tetap Prioritas Utama
Tragedi kecelakaan maut di kilometer 58 ruas tol Cipali pada arus mudik Lebaran 2024 lalu, yang menelan 11 korban jiwa, telah mendorong Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri untuk melakukan sejumlah modifikasi signifikan pada penerapan sistem contraflow di jalan tol selama periode mudik dan balik Lebaran 2025. Langkah ini diungkapkan Kombes Aries Syahbudi, Kepala Bagian Operasi Korlantas Polri, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI pada Selasa (11/3/2025). Evaluasi menyeluruh terhadap insiden tersebut telah dilakukan, termasuk latihan teknis bersama Jasa Marga untuk meminimalisir risiko serupa terulang kembali.
Modifikasi sistem contraflow meliputi beberapa aspek penting. Salah satu perubahan yang paling krusial adalah pengurangan jarak antara pembatas jalan (barrier). Selain itu, Korlantas juga akan menempatkan water barrier berukuran besar di titik-titik rawan guna meningkatkan keamanan dan mengurangi potensi kecelakaan. Langkah-langkah ini diharapkan mampu memberikan perlindungan lebih optimal bagi pengguna jalan yang melintasi jalur contraflow.
Namun, menurut Budiyanto, seorang pemerhati masalah transportasi dan hukum, efektivitas rekayasa lalu lintas tersebut sangat bergantung pada kesadaran dan kedisiplinan para pemudik. "Meskipun penerapan contraflow dapat meningkatkan kapasitas jalan raya, memperlancar arus lalu lintas, dan mempercepat perjalanan di arah tertentu," ujarnya kepada Kompas.com pada Rabu (12/3/2025), "potensi kecelakaan tetap tinggi jika pengendara abai terhadap aturan dan keselamatan." Budiyanto menekankan, penggunaan traffic cone sebagai pembatas di jalur contraflow masih menyisakan kerentanan, khususnya mengingat kecepatan kendaraan yang relatif tinggi dan potensi tabrakan dengan arus lalu lintas berlawanan.
Lebih lanjut, Budiyanto mengingatkan bahwa tanggung jawab keselamatan di jalan raya tetap berada di pundak masing-masing pengemudi. Ia menyoroti beberapa faktor penyebab kecelakaan di jalur contraflow selama periode mudik, terutama kelelahan pengemudi. "Area contraflow kerap minim fasilitas istirahat," katanya. "Pengendara harus memastikan kondisi kendaraan prima, stamina terjaga, bahan bakar mencukupi, dan konsentrasi tetap terfokus selama perjalanan." Kecelakaan di Tol Cipali tahun lalu, sebut Budiyanto, merupakan contoh nyata bagaimana kelelahan dan penurunan stamina dapat sangat mempengaruhi kemampuan mengemudi dan berujung pada tragedi. Oleh karena itu, kesiapan fisik dan mental pengemudi sama pentingnya dengan sistem contraflow yang telah diperbaiki.
Korlantas Polri dan para pemangku kepentingan lainnya perlu terus mengkaji dan meningkatkan strategi manajemen lalu lintas selama periode mudik dan balik. Perencanaan yang matang, sosialisasi aturan lalu lintas yang intensif, dan peningkatan kesadaran publik tentang keselamatan berkendara menjadi kunci utama untuk menekan angka kecelakaan di jalan tol, khususnya pada saat jalur contraflow diberlakukan. Selain itu, upaya peningkatan infrastruktur dan fasilitas pendukung di sepanjang jalur mudik juga perlu menjadi perhatian serius untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat kelelahan pengemudi.
Kesimpulannya, meski modifikasi sistem contraflow diharapkan mampu mengurangi risiko kecelakaan, keselamatan di jalan raya tetap menjadi tanggung jawab bersama. Kesadaran dan kedisiplinan pengendara, dikombinasikan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan sistem dan infrastruktur, adalah kunci untuk menciptakan perjalanan mudik dan balik yang aman dan lancar.